Kamis, 17 Desember 2015

Untukmu yang Disana



                Tak terasa hari sudah mendekati masa-masa ujian ya. Harusnya aku belajar sekarang, tapi matahari saja belum mau nyempil di permukaan maka kuputuskan untuk sekarang menyapamu saja. Kamu yang hadir dan mewarnai hidupku. Hari-hariku.

                Bagaimana kabar? Sehat kan? Atau jangan-jangan kau sedang sakit? Haduh, menjadi orang yang tidak tahu apa apa tentangmu itu membuatku bingung. Kamu dimana, dengan siapa, sekarang berbuat apa (keinget lagunya kangen band). Penasaran? Jujur iya

                Pagi ini aku hendak mengajukan protes pada dirimu. Boleh? Bahkan jika kau tidak membolehkannya pun kau tetap tidak bisa melarangku.

                ***

                Untuk kau yang sedang membaca tulisan ini, aku merindukan membaca tulisanmu. Tahu apa yang sedang kau pikirkan, tahu apa yang sedang kau rasa. Soalnya aku tidak tahu apakah ada cara lain yang bisa kulakukan untuk tahu kabarmu selain dari mengeja kata per kata yang kau susun. Aku merindukannya, begitu merindukan malahan.

                Kau tahu kenapa? Selain karena dengan begitu aku bisa tahu kabarmu, aku juga tidak mau menulis sendirian. Kalau saitama-sensei bilang dalam anime one punch man, tak ada rival yang kukenal yang bisa kukejar. Hampa. Perasaan debar-debar, gelisah, dan gregetan untuk mengalahkan orang. Aku tidak sedih dikalahkan oleh dirimu, justru bahagia. Aku lebih bersedih ketika tidak lagi bisa melihat dirimu lagi di belakang. Tak lagi bisa mengejarmu karena kau sudah terkejar. Aku hanya tak bisa membayangkan kalau aku kehilangan orang-orang panutan dalam menulis. Dirimu yang telah mengajarkan banyak hal meski kau tak merasa melakukannya.

                ***

                Aku menyukai orang-orang yang menulis, termasuk juga dirimu.
                Dan ada yang lain lagi yang kusuka,
                Mendengar cerita-cerita darimu,
                Mengobrol denganmu


18 Desember 2015
Duduk di atas laptop dengan kipas angin menyala




Related Posts:

  • Ketakutan Bukan apa yang kau takutkan yang akan melukaimu. Tapi ketakutan itu sendirilah yang membunuh, mengganggu tidur lelap malammu, membuat pahit manisnya … Read More
  • Kapan Waktu Bahagia? Aku pernah berpikir, mungkin kalau mendapat yang jauh lebih tinggi dari, nilai semesterku sekarang, maka aku akan lebih bahagia. Tapi nyatanya tidak… Read More
  • Hati yang Tersentuh Ada cerita menarik tentang arti “mendidik” yang sebenarnya. Saat jadi wartawan dulu, saya pernah mewawancarai Hardiman Radjab, seorang seniman perupa… Read More
  • Berpikir Egois Jika raga tersakiti, hati serasa tertusuk duri lantaran orang lain, maka maafkanlah. Kita tidak sedang berbicara karena memaafkan adalah perbuatan ba… Read More
  • Tentang : Berbagi Sungguh Tak kan berkurang ilmu yang dibagikan Karena saat berbagi ilmu kita merasa ingin berbagi jauh lebih banyak Maka kita akan merasa harus me… Read More

6 komentar:

  1. duduk di atas laptop (?)
    ngebayanginnya serem kham -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh maksudku di depan :3
      saking ngalirnya nulisnya :3

      Hapus
  2. Balasan
    1. otangnya ya semua orang yang suka nulis :D

      Hapus
    2. aku yakin di tulisan ini menjurus ke satu orang, ciri-cirinya kentara sekali Kham :)) #cukuptau #ternyatairkham

      Hapus
    3. nggak ada menjurus ke siapa siapa devi -_-

      Hapus