Kamis, 19 Mei 2016

Tulisan yang Hanya Kau yang Bisa Menulisnya


19 Mei 2016


            Seseorang mengatakan apa yang tidak kuingin sama seseorang yang kumaksud, dan aku jadi kikuk. Semakin kuberusaha menjelaskan secara langsung, semakin aku merasa gagap dan gugup.

            “Tulisan mirip wikipedia, bukan story,” (Meskipun aku tidak menyebutkan Wikipedia dalam ‘perdebatan’ malam itu, tapi kesimpulan yang ia berikan tidak sepenuhnya salah).

            Setiap tulisan punya jodohnya masing-masing. Tiap pembaca juga punya selera akan sebuah tulisan yang ia baca. Intinya tidak ada tulisan buruk, hanya mungkin kurang berjodoh dengan si pembaca.

            Ketika membaca tulisan seseorang itu, aku sempat mengira akan membaca sebuah cerita tentang pengalaman dari sudut pandang penulisnya. Pengalaman tentang si penulis dari apa yang ia lihat, dengar dan rasakan (yang ini menurutku terpenting). Ibarat kita pergi Malaysia, aku tidak mengharapkan tulisan tentang Malaysia adalah sebuah negeri di seberang Indonesia, terletak di bujur berapa lintang berapa, terdiri dari berapa pulau, penduduknya dari berbagai suku.

            Aku tidak suka tulisan seperti itu (ini cuma hal selera), tulisan yang bisa ditulis oleh semua orang yang tahu, bukan yang ‘mengalami’. Aku akan lebih suka pengalaman dia di Malaysia, kenapa sih milih Malaysia dari sisi ‘hati’ atau konflik. Apa yang kau lihat di sana. Tulisan dari sudut pandangnya, dari matanya. Apa yang dia alami.

            Begitu juga tulisanmu, kau mengalami suatu hal yang begitu luar biasa dengan hidup di sebuah asrama dalam waktu yang lama. Mengalami proses orientasi yang menarik. Dan aku ingin membaca tulisan yang hanya bisa ditulis olehmu. Hanya olehmu.

            Bukan tentang apa eventnya, tapi perihal kau yang berada di event itu. Aku tahu rundown kegiatan itu memakan begitu banyak hari dan susunannya, tapi aku lebih tertarik kau yang ada di hari-hari itu.

            Jadi kalau teman-temanmu baca (terutama alumni) ia bukan membaca suatu definisi dan pengetahuan yang mereka sudah tahu tentang itu. Tapi membaca sebuah tulisan dari seorang anak yang mengalami pengalaman yang sama dengan mereka alami dulu. Hingga akhirnya mereka merasa bernostalgia ketika membaca tulisanmu. Mereka bernostalgia setelah membaca ceritamu tentang apa yang kau alami.

            “Wah, itu toh yang penulis alami. Kalau aku agak berbeda lho…” dan kemudian orang yang membaca tulisanmu menjadi ingin menulis dan mengenang peristiwa di event yang sama dengan yang kau alami.

            Lagi-lagi, setiap tulisan hanyalah perihal selera.
            Jadi maafkan aku kalau banyak salah kata (itu pasti) dan tidak berkenan.
            Kalau aku lebih suka membaca tulisan yang hanya bisa dituliskan olehmu. Hanya olehmu.

Selasa, 17 Mei 2016

Jumat, 13 Mei 2016

Sampai Mana Skripsimu?



Matahari tengah menggantung gagah tepat di atas ubun-ubun kepala. Perempuan itu berjalan menuju tempat parkiran jurusan sebelah mushola. Ia menghampiri motor matik-nya untuk bersegera pulang ke kosan.

                “Eh, Na. buru-buru amat?”
                “Eh kamu, Lin. Darimana saja kau? Kok belepotan gitu?”
                “Ah biasa ini mah, dari ngelab.”
                “Skripsi pasti ya?”

                Linda hanya meringis sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

                “Eh, Na. Skripsi sudah sampai mana?”

                Nana hanya terdiam. Memasukkan kunci ke colokan motor matiknya. Ia memakai helm dengan kepala tertunduk. Senyap. Meskipun suasana parkiran begitu ramai setelah jam kuliah usai, tapi begitu senyap antara kedua perempuan itu.

                Nana memacu motornya dengan pelan.

                “Sampai mana skripsku? Sampai lupa.”





Rabu, 11 Mei 2016