Hilal, apa kabar?
Rasanya
aneh sekali ya kalau kutanyakan kabarmu. Setelah hari itu aku mulai berpikir
untuk mengobrol juga denganmu. Meski tidak lewat lisan, tapi lewat tulisan.
Hari itu aku ingin mulai bercerita banyak kepadamu? Kau tidak keberatan bukan?
Aku hendak bercerita tentang hal
yang menurut kita baik, tapi tidak diberikan.
Sudah
belasan kali mungkin ya aku mengirimkan cerita ke banyak tempat. Koran, panitia
lomba, dan berbagai tempat lain namun tidak ada balasan. Tak ada jawaban.
Meskipun berpartisipasi berulang kali, belum ada satu cerita pun yang membawa
kepada titel juara. Apakah benar ketidakberhasilan ada jatahnya? Dulu kau
pernah mengusahakan apa saja ya? Jujur aku ingin tahu. Tapi sejauh yang bisa
kau ingat, kau telah begitu baik kepadaku. Dan yang bisa kulakukan hanyalah berterima
kasih padamu, aku tak tahu bagaimana cara membalasmu.
Kenapa
nilai yang muncul di transkip dan kartu hasil studi itu-itu saja. Bahkan sampai
pernah huruf yang muncul berbentuk orang tertawa. Kalau itu kau, kau akan bereaksi
seperti apa ya? Jujur aku ingin tahu.
Banyak
hal yang ingin kutahu darimu. Jika kau dalam posisiku kau akan melakukan apa.
Atau
dalam hal yang lebih ekstrem lagi. Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa
menjadi pribadi yang menyenangkan. Cenderung pendiam, tak banyak bicara bahkan
tak tahu apa yang kudu dibicarakan dengan seseorang. Tak pandai memilih topik,
tak pandai juga membuat orang tertawa. Atau aku pernah berpikir bahwa ketawa
yang ramai-ramai seperti itu begitu menyenangkan.
Banyak
hal Hil, yang semestinya akan lebih baik bila hal yang menurutku baik ada pada
diriku. Mungkin baik kalau aku tidak pendiam, alangkah baiknya jika nilai-nilai
bisa membanggakan. Kan pasti better jika ada satu atau lebih naskah yang bisa dapat
title juara. Aku pikir bisa menjadi motivasi membara.
Tapi…
Terima
kasih untuk semalam, Hil. Tiga kata yang kau sampaikan sampai terbawa mimpi
semalam.
***
Hai,
apa kabar, Kham? Lama juga aku tidak menyapamu. Maaf ya.
Aku
hanya bisa menjawab dengan tiga kata.
TIDAK
LEBIH BAIK.
Bisa saja Allah tidak memberikanmu hal-hal
yang kita pikir baik bukan karena Allah tidak sayang samamu, melainkan saking
sangat-sangat sayangnya sama kita, dia tidak memberikannya karena Dia tahu
bahwa itu tidak lebih baik jika diberikan. Bahkan bisa saja lebih buruk.
Hal
itu hanya berlaku jika kau telah berusaha semaksimal mungkin. Memang memberikan
apa yang terbaik yang bisa kau lakukan.
Jangan-jangan kenapa kau tidak
kunjung juara karena Allah tahu, kalau kau juara sekarang maka kau berhenti menulis.
Merasa puas dengan capaian tersebut. Maka dia menahanmu, agar kau tahu nikmatnya
belajar dalam waktu yang lama.
Jangan-jangan
kenapa kau diberikan sifat pendiam karena Allah tahu jika pendiam itu dicabut
dari dirimu, justru dengan tidak pendiammu kau menyakiti banyak orang. Bisa
saja, Makanya Allah memberikan sifat pendiam itu agar hidupmu lebih tenang.
Maafkan
aku, aku hanya bisa memberikan jawabanmu lewat pengandaian. Pengetahuanku
terbatas dan masih banyak yang belum kutahu.
Tapi,
bukankah itu kuncinya? Kita tidak lebih tahu dari Allah yang Maha Tahu,
Allah
yang tahu mana yang baik dan mana yang tidak.
Allah
yang tidak memberikan sesuatu karena itu tidak lebih baik untukmu.
***
28 Desember 2015
0 komentar:
Posting Komentar