Minggu, 27 Desember 2015

Surat untuk Hilal - Tidak Lebih Baik



            Hilal, apa kabar?
            Rasanya aneh sekali ya kalau kutanyakan kabarmu. Setelah hari itu aku mulai berpikir untuk mengobrol juga denganmu. Meski tidak lewat lisan, tapi lewat tulisan. Hari itu aku ingin mulai bercerita banyak kepadamu? Kau tidak keberatan bukan?

Aku hendak bercerita tentang hal yang menurut kita baik, tapi tidak diberikan.

                Sudah belasan kali mungkin ya aku mengirimkan cerita ke banyak tempat. Koran, panitia lomba, dan berbagai tempat lain namun tidak ada balasan. Tak ada jawaban. Meskipun berpartisipasi berulang kali, belum ada satu cerita pun yang membawa kepada titel juara. Apakah benar ketidakberhasilan ada jatahnya? Dulu kau pernah mengusahakan apa saja ya? Jujur aku ingin tahu. Tapi sejauh yang bisa kau ingat, kau telah begitu baik kepadaku. Dan yang bisa kulakukan hanyalah berterima kasih padamu, aku tak tahu bagaimana cara membalasmu.

                Kenapa nilai yang muncul di transkip dan kartu hasil studi itu-itu saja. Bahkan sampai pernah huruf yang muncul berbentuk orang tertawa. Kalau itu kau, kau akan bereaksi seperti apa ya? Jujur aku ingin tahu.

                Banyak hal yang ingin kutahu darimu. Jika kau dalam posisiku kau akan melakukan apa.

                Atau dalam hal yang lebih ekstrem lagi. Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa menjadi pribadi yang menyenangkan. Cenderung pendiam, tak banyak bicara bahkan tak tahu apa yang kudu dibicarakan dengan seseorang. Tak pandai memilih topik, tak pandai juga membuat orang tertawa. Atau aku pernah berpikir bahwa ketawa yang ramai-ramai seperti itu begitu menyenangkan.

                Banyak hal Hil, yang semestinya akan lebih baik bila hal yang menurutku baik ada pada diriku. Mungkin baik kalau aku tidak pendiam, alangkah baiknya jika nilai-nilai bisa membanggakan. Kan pasti better jika ada satu atau lebih naskah yang bisa dapat title juara. Aku pikir bisa menjadi motivasi membara.
                Tapi…

                Terima kasih untuk semalam, Hil. Tiga kata yang kau sampaikan sampai terbawa mimpi semalam.

                ***

                Hai, apa kabar, Kham? Lama juga aku tidak menyapamu. Maaf ya.
                Aku hanya bisa menjawab dengan tiga kata.

TIDAK LEBIH BAIK.
                Bisa saja Allah tidak memberikanmu hal-hal yang kita pikir baik bukan karena Allah tidak sayang samamu, melainkan saking sangat-sangat sayangnya sama kita, dia tidak memberikannya karena Dia tahu bahwa itu tidak lebih baik jika diberikan. Bahkan bisa saja lebih buruk.

                Hal itu hanya berlaku jika kau telah berusaha semaksimal mungkin. Memang memberikan apa yang terbaik yang bisa kau lakukan.

Jangan-jangan kenapa kau tidak kunjung juara karena Allah tahu, kalau kau juara sekarang maka kau berhenti menulis. Merasa puas dengan capaian tersebut. Maka dia menahanmu, agar kau tahu nikmatnya belajar dalam waktu yang lama.

                Jangan-jangan kenapa kau diberikan sifat pendiam karena Allah tahu jika pendiam itu dicabut dari dirimu, justru dengan tidak pendiammu kau menyakiti banyak orang. Bisa saja, Makanya Allah memberikan sifat pendiam itu agar hidupmu lebih tenang.

                Maafkan aku, aku hanya bisa memberikan jawabanmu lewat pengandaian. Pengetahuanku terbatas dan masih banyak yang belum kutahu.

                Tapi, bukankah itu kuncinya? Kita tidak lebih tahu dari Allah yang Maha Tahu,
                Allah yang tahu mana yang baik dan mana yang tidak.
                Allah yang tidak memberikan sesuatu karena itu tidak lebih baik untukmu.
                ***


28 Desember 2015

0 komentar:

Posting Komentar