Tempo hari UAS mata kuliah
polimer, keramik dan komposit diselenggarakan. Materinya begitu banyak, dan
harusnya juga waktu yang kupunya untuk belajar juga sangat ban"yak. Jeda
antara matakuliah yang diujikan sebelumnya dengan mata kuliah keramik ini satu minggu.
Namun, apa boleh buat, menulis 3 naskah cerpen anak (berkali-kali ditulis ulang
karena dikomentarin ketinggian, tidak sesuai untuk anak-anak) dan karena
ketidakbecusan diriku dalam waktu, membuat satu minggu belajar satu mata kuliah
pun terasa kurang. Materi yang kupegang belum lengkap, so aku selingi dengan
belajar elemen mesin dua.
Sampai malam sebelum ujian,
merasa sangat belum siap. Dua fotokopian materi baru kudapatkan sore harinya,
dilanjutkan dengan agenda asrama KIP serasa belum cukup untuk membuatku yakin
besoknya bisa lancar jaya.
“Besok aku akan berangkat lebih
pagi dan bertanya kepada kawan-kawan.”
Tapi tetap saja, ketika aku
berangkat. Banyak yang belum kupahami. Aku berangkat agak pagian. Sekaligus sarapan
di tempat langganan.
Jalanan begitu macet di Jalan
Kaliurang, ketika sampai di jurusan, aku baru menyadari sesuatu. Telah
kuperiksa seluruh isi tas, cek bagian sana, cek bagian lain namun tetap saja
tidak kutemukan.
“Kartu ujianku tidak ada,
nampaknya tertinggal di asrama.”
***
Rencananya si berangkat pagian
agar bisa tanya teman-teman bagian-bagian yang masih belum kumudeng. Tapi
perjalanan untuk bolak balik asrama mengambil kartu ujian tidak menyisakan
waktu bahkan hanya untuk duduk bersama menunggu jam ujian. Pengawas telah masuk
dan seluruh mahasiswa telah berada di ruang ujian.
Aku duduk di bangku luar ruangan
sejenak. Membalik-balikkan kertas tanpa benar-benar membaca. Benar-benar hanya
membaliknya.
Aku masuk ruangan.
***
Semoga hasil memuaskan, karena
serasa tangan digerakkan tanpa kesadaran. Aku menulis jawabannya. Terus menulis
jawabannya.
Rumus-rumus yang dipakai tidak
benar-benar kuhafal, tapi seolah ingat di posisi mana rumus tersebut berada
ketika aku membolak-balikannya.
Sempat ragu-ragu dan ternyata
ketika ujian selesai. Rumusnya benar.
***
Seolah Dia ingin berkata padaku.
“Bisa atau tidak bisa kau
mengerjakan ujianmu itu bukan perkara sebanyak apa belajarmu, selama apa kau
membaca materi dari dosenmu. Tapi perkara apakah Aku mengijinkanmu untuk bisa
mengerjakannya atau tidak.”
Dia Maha Romantis, tempo hari aku
hanya bisa mengatakan Dia Maha Romantis.
29 Desember 2015
Pasca ujian
Keramik
0 komentar:
Posting Komentar