Dua
pemuda itu tinggal berseberangan. Pintu depan rumah mereka saling berhadapan
namun tidak dengan kedua pemiliknya. Karena suatu peristiwa di masa lalu, Jono
dan Joni merasa tidak perlu adanya kehidupan yang rukun dan harmonis antara
keduanya. Perang dingin antara dua rumah ini sedingin salju yang turun beberapa
bulan ini.
Pada
suatu malam, keduanya baru pulang dari bekerja. Melalui jalan yang sama,
harusnya mereka bisa berjalan beriringan kalau mau, tapi yang ada mereka
berjalan depan belakang seperti orang yang tak saling mengenal. Jalanan gelap
gulita, listrik satu kota padam.
Joni
yang berada di posisi belakang mendengar suara gedebuk di depannya. Semacam
suara seseorang yang tengah terperosok. Benar yang dia kira, Jono yang sejak
dari tadi berjalan di depan sudah basah kuyup tercebur di kubangan danau. Joni
bergegas mengambil tongkat kayu dan menjulurkannya ke arah Jono.
“Aku
pikir kau akan meninggalkanku.”
“Tadinya
aku berpikir begitu.”
“Terus
kenapa kau menolongku?”
“Aku
hanya mau berterima kasih.”
“Terima
kasih karena?”
“Dengan
kau terperosok di kubangan itu, kau sudah menolongku untuk tidak terperosok di
sana juga. Kalau tidak ada kau di depanku pasti aku yang akan basah kuyup bahkan
mungkin tenggelam karena kedinginan. Jadi kita impas ya.”
0 komentar:
Posting Komentar