Sabtu, 19 Desember 2015

Jono dan Joni



                Dua pemuda itu tinggal berseberangan. Pintu depan rumah mereka saling berhadapan namun tidak dengan kedua pemiliknya. Karena suatu peristiwa di masa lalu, Jono dan Joni merasa tidak perlu adanya kehidupan yang rukun dan harmonis antara keduanya. Perang dingin antara dua rumah ini sedingin salju yang turun beberapa bulan ini.

                Pada suatu malam, keduanya baru pulang dari bekerja. Melalui jalan yang sama, harusnya mereka bisa berjalan beriringan kalau mau, tapi yang ada mereka berjalan depan belakang seperti orang yang tak saling mengenal. Jalanan gelap gulita, listrik satu kota padam.

                Joni yang berada di posisi belakang mendengar suara gedebuk di depannya. Semacam suara seseorang yang tengah terperosok. Benar yang dia kira, Jono yang sejak dari tadi berjalan di depan sudah basah kuyup tercebur di kubangan danau. Joni bergegas mengambil tongkat kayu dan menjulurkannya ke arah Jono.

                “Aku pikir kau akan meninggalkanku.”
                “Tadinya aku berpikir begitu.
                “Terus kenapa kau menolongku?”
                “Aku hanya mau berterima kasih.
                “Terima kasih karena?”
                “Dengan kau terperosok di kubangan itu, kau sudah menolongku untuk tidak terperosok di sana juga. Kalau tidak ada kau di depanku pasti aku yang akan basah kuyup bahkan mungkin tenggelam karena kedinginan. Jadi kita impas ya.


0 komentar:

Posting Komentar