Senin kemarin kami duduk melingkar, di
masing-masing tangan telah tergenggam
sebuah buku panduan bahagia dunia dan akhirat. Membacanya meski belum paham
artinya pun sudah suatu kebaikan. Membacanya dan paham mungkin bisa dibilang
kebaikan kuadrat. Sedangkan membacanya, memahaminya dan mengamalkannya dalam
kehidupan bisa jadi kebaikan pangkat tiga. Semoga bisa masuk ke tingkat tiga
meskipun tingkat satu saja masih sering keteteran.
Di
sana diceritakan bahwa ketika kelak di hari kemudian, kala orang-orang
menyalahkan setan akan ‘kesialan’ dirinya tercampakkan dari surga. Apa yang
setan jawab?
“Aku
hanya menggodamu, perkara kau ikut atau tidak itu bukan urusanku tapi urusanmu.
Aku berlepas tangan darimu.”
Sebuah
cerita sederhana, namun jika boleh disimpulkan seseorang akan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang
dilakukannya, dan tak seorang pun menanggung apa yang dilakukan orang lain. Bahkan
ketika ‘dia’ disalahkan, dia menjawab itu urusanmu, urusanku hanya menggodamu.
Ketika kita mendapat perlakukan buruk dari
seserang, misalnya sebuah ‘olok-olokkan’ itu terlihat sebagai sebuah keburukan.
Hanya jika dilihat dari interaksi dua orang. Namun ketika kita pecah menjadi
unit yang lebih kecil, unit dari tiap individu yang berinteraksi tadi. Maka ada
dua urusan.
1.
Orang
tersebut mengolokmu, itu urusan pertama.
2.
Responmu
terhadap olokan, itu urusan yang lain dan di bagian ini benar-benar seluruh
kendalinya ada di tanganmu. Dan di bagian ini pula kita akan dimintai
pertanggung jawaban.
Kita bisa saja menanggapinya
dengan mengolok-olok balik atau yang serupa dengan itu. Namun itu hanya akan
memunculkan urusan ketiga, masalah baru. Dan di detik yang sama, kita bisa juga
memutuskan untuk menanggapinya dengan positif. Menganggapnya sebagai pelecut
semangat.
Ketika hal ini ia ucapkan, guruku
tersebut bermaksud agar diri kita tidak membenarkan apa kesalahan yang telah
kita lakukan lantaran ada kesalahan yang lebih besar dilakukan oleh orang lain.
“Elo kenapa nerobos lampu merah
dan naik motor lewat trotoar?”
“Haduh, mendingan gua bro. Ini
negara sudah banyak koruptor, kalau mau nyalahin orang salahin sono mereka yang
telah menghancurkan negeri kita. Salah gue mah sediki,t orang cuma nyerobot
lampu merah. Nggak sampai menghancurkan Indonesia, bung.”
***
Jika kita berpikir untuk kesal, marah,
merasa tidak adil akan perlakukan orang, ingatlah mantra ini.
Itu
urusan yang lain lagi.
Jika dia tidak berbuat baik pada
kita, itu urusan dirinya. Urusan kita adalah berbuat sebaik mungkin dan
menunjukan kebaikan pada dirinya.
***
Aku hanya menyampaikan ini
kepadamu, dan ini urusanku. Kau memperoleh manfaat atau tidak, mau menerimanya
atau melemparkannya ke tempat sampah, itu urusanmu.
Urusanku adalah hanya
menyampaikan apa yang ku tahu.
Karena aku sayang padamu.
Aula, 14 Desember 2015.
KIP yang aku sempat terkapar.
0 komentar:
Posting Komentar