Konon dalam setiap satu juta kelahiran
burung, akan ada satu di antaranya yang dikaruniai
sepasang sayap sakti. Menurut legenda sayap itu bisa terbang begitu cepat
mendekati kemampuan menjelajah suara. Dapat memotong pepohononan layaknya
semangka yang ditebaskan dengan sebilah pedang. Siapa yang memiliki sayap
tersebut, bahkan bisa mengalahkan musuh-musuhnya yang memiliki tubuh lebih
besar dengan manuver-manuver memukau berkat kehebatan sayap yang dipunyainya.
Menjadikan suatu kepercayaaan tersendiri bahwa pemilik sayap sakti layak
dijadikan raja dari kaumnya.
Sayap
sakti muncul di masa itu, dimiliki oleh seekor burung
gagak bernama Gagah. Ketika semua burung gagak yang lain hanya memiliki warna
hitam, di sayap Gagah justru di ujungnya berwarna keemasan. Bagian bawah
berwarna merah darah, menjadikan dirinya begitu gagah ketika mengembangkan
sayap. Semua orang memujinya ketika dirinya lahir. Mengelu-elukan Gagah yang
akan menjadi seorang raja di antara mereka.
Apa boleh buat, hukum rimba
menuntut sebuah aturan bahwa yang kuat yang menang. Semakin kuat dirimu,
semakin bisa menguasai hewan lain. Namun para burung sendiri terkadang terheran-heran
karena manusia ternyata juga, bahkan bisa lebih licik dari seekor ular untuk
mendapat kekuasaan. Kekuasaan yang seringnya manusia gunakan untuk merampas hak
manusia lainnya.
Sadar dirinya akan menjadi raja
karena sayap saktinya, Gagah hanya duduk-duduk di tahta yang dibuat dari
kumpulan ranting dari burung lain. Ia menikmati kekuasaannya, tiap hari akan
ada para burung yang mengantarkan makanan di hadapannya. Sebenarnya
pengangkatan dirinya menjadi raja baru akan dilakukan ketika Gagah berumur
matang. Dan sekarang kedudukannya masih putra mahkota tanpa ada titisan darah
raja.
Daun-daun telah berguguran. Silih
berganti muncul, menguning, dan menjatuhkan diri ke tanah untuk digantikan
bayi-bayi daun yang lain. Akhirnya hari pengangkatan Gagah menjadi raja pun
tiba. Seluruh burung telah dikumpulkan. Singa sebagai raja hutan pun ikut hadir
sebagai tamu kehormatan. Tapi sebelumnya ia harus menunjukan kehebatannya di
udara sebagai hiburan.
Gagah muncul dari balik gerbang.
Bak seorang pujangga, sorak sorai ramai terdengar mengiringi kedatangannya. Ia
telah bersiap-siap.
Sayap telah dikembangkan. Dengan
penuh keyakinan ia telah berdiri di atas bangunan bersiap untuk terbang.
Akhirnya Gagah pun meloncat dengan sayap saktinya. Sayap yang bisa membabat pohon
dengan gampang.
Ia meloncat, dan mendarat keras
di tanah.
Dalam sekaratnya ia hanya bisa
bergumam.
“Sial, aku tidak tahu cara
menggunakan sayap untuk terbang.”
***
0 komentar:
Posting Komentar