Kamis, 24 Desember 2015

Burung Bersayap Sakti



                Konon dalam setiap satu juta kelahiran burung, akan ada satu di antaranya yang dikaruniai sepasang sayap sakti. Menurut legenda sayap itu bisa terbang begitu cepat mendekati kemampuan menjelajah suara. Dapat memotong pepohononan layaknya semangka yang ditebaskan dengan sebilah pedang. Siapa yang memiliki sayap tersebut, bahkan bisa mengalahkan musuh-musuhnya yang memiliki tubuh lebih besar dengan manuver-manuver memukau berkat kehebatan sayap yang dipunyainya. Menjadikan suatu kepercayaaan tersendiri bahwa pemilik sayap sakti layak dijadikan raja dari kaumnya.

                Sayap sakti muncul di masa itu, dimiliki oleh seekor burung gagak bernama Gagah. Ketika semua burung gagak yang lain hanya memiliki warna hitam, di sayap Gagah justru di ujungnya berwarna keemasan. Bagian bawah berwarna merah darah, menjadikan dirinya begitu gagah ketika mengembangkan sayap. Semua orang memujinya ketika dirinya lahir. Mengelu-elukan Gagah yang akan menjadi seorang raja di antara mereka.

Apa boleh buat, hukum rimba menuntut sebuah aturan bahwa yang kuat yang menang. Semakin kuat dirimu, semakin bisa menguasai hewan lain. Namun para burung sendiri terkadang terheran-heran karena manusia ternyata juga, bahkan bisa lebih licik dari seekor ular untuk mendapat kekuasaan. Kekuasaan yang seringnya manusia gunakan untuk merampas hak manusia lainnya.

Sadar dirinya akan menjadi raja karena sayap saktinya, Gagah hanya duduk-duduk di tahta yang dibuat dari kumpulan ranting dari burung lain. Ia menikmati kekuasaannya, tiap hari akan ada para burung yang mengantarkan makanan di hadapannya. Sebenarnya pengangkatan dirinya menjadi raja baru akan dilakukan ketika Gagah berumur matang. Dan sekarang kedudukannya masih putra mahkota tanpa ada titisan darah raja.

Daun-daun telah berguguran. Silih berganti muncul, menguning, dan menjatuhkan diri ke tanah untuk digantikan bayi-bayi daun yang lain. Akhirnya hari pengangkatan Gagah menjadi raja pun tiba. Seluruh burung telah dikumpulkan. Singa sebagai raja hutan pun ikut hadir sebagai tamu kehormatan. Tapi sebelumnya ia harus menunjukan kehebatannya di udara sebagai hiburan.

Gagah muncul dari balik gerbang. Bak seorang pujangga, sorak sorai ramai terdengar mengiringi kedatangannya. Ia telah bersiap-siap.

Sayap telah dikembangkan. Dengan penuh keyakinan ia telah berdiri di atas bangunan bersiap untuk terbang. Akhirnya Gagah pun meloncat dengan sayap saktinya. Sayap yang bisa membabat pohon dengan gampang.

Ia meloncat, dan mendarat keras di tanah.
Dalam sekaratnya ia hanya bisa bergumam.

“Sial, aku tidak tahu cara menggunakan sayap untuk terbang.”

                *** 

0 komentar:

Posting Komentar