Minggu, 26 November 2017

Pitnah

"Pitnah itu ketika kau bilang ddiriku malas menulis. Padahal aku bukannya malas, hanya saja menurutku waktu terbaik untuk menuliskan ide brilian itu besok, besoknya lagi, lagi dan lagi. Bukan hari ini."





- Tulisan sederhana ini bisa menang di event grup FLP Jogja bertemakan “Pitnah”, mungkin karena waktunya yang sedikit kali ya, jadi yang senior belum buka grup dan ikutan lombanya.

Jago dan Lemah

Angin masih kuat berhembus, menggoyangkan dedaunan dari pohon bambu dan kelapa di sebelah rumah. Debu-debu turut beterbangan, sesekali membentuk miniatur pusaran beliung yang membuat sampah plastik dan daun berputar-putar. Angin itu masih berhembus kuat, hingga menggoyang-goyangkan pintu kamar dimana ada seorang lelaki yang tengah berbaring di kasur lesehannya.
Lelaki yang sedang memegangi gawai putihnya, mengetikkan pesan ke seorang kawan. Ia bertanya apakah ada masukan atau komentar terkait tulisan yang ia buat.

“Sori banget, baik cerbung, fabel maupun novel ini nggak dapat feelnya. Aku hanya melihat orang dewasa yang kekanakan. Bukan anak kecil dengan segala dunianya. Kalau baca tulisanmu, sorry to say, Flat.”

Pesan-pesan lain pun masuk, seolah saling berebut masuk ke gawai putih itu.

“Intinya, aku suka ide-ide ceritamu. Tapi delivery-nya nggak dapat. Kau jago di ide, tapi justu lemah di penyampaian dan gimana agar bisa membangkitkan feel melalui narasi. Ceritamu masuk di akal dan logika, cuman gersang.”

Lelaki itu memejamkan matanya barang sejenak. Berusaha menikmati hembusan angin yang masuk ke kamarnya.

“Mungkin saja aku terlalu terbuai dengan kalimat ini. Menulislah sebanyak-banyaknya. Ntar juga kau bakalan bisa dengan sendirinya.”

“Kalimat itu tidak sepenuhnya salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Yang kutahu pasti, kalau kau tidak pernah menuliskannya sama sekali, kau tidak akan belajar apa-apa.”

                

Waktu Luang dan Tulisan

Belakangan, meskipun aku menyakini bahwa waktu paling sempit untuk menulis adalah ketika masa di asrama, pada kenyataannya aku dipaksa mengakui bahwa tulisan paling banyak lahir justru ketika berada di asrama.


Kubertanya dalam hati, jadi apa hubungannya waktu luang dengan banyaknya tulisan yang tercipta? Sampai detik ini pun belum kutemukan jawabannya.