Kamis, 11 November 2021

Senar

 



Tulisan ini bukan tentang senar gitar, bukan juga tentang senar layangan. Tulisan ini tentang senar raket badminton. Emang mau cerita tentang apa kalau cuma topik senar raket?

Hobiku badminton, sepertinya buat mereka yang menyimpan nomor kontakku dan yang nomornya kusimpan, sering melihat diriku update status di lapangan. Ceritanya dulu pas SMA, sering mampir ke dusun sebelah untuk ikut main badminton di lapangan yang masih beralaskan tanah.

Singkat cerita, tepok sana tepok sini berkali kali sampai senar raketku putus di saat permainan sedang ramai-ramainya. Aku selalu membawa dua raket, jadi langsung kutukar saja raket yanng senarnya putus dengan raket yang berada di tasku dan langsung kulanjutkan permainan. Sempat sayup sayup kudengar kalau aku harusnya memotong habis senarnya terlebih dahulu.

“Ah bisa nanti saja” pikirku.

Akhirnya permainan selesai, masih menunggu giliran untuk bermain lagi, badan sudah capek dan pegel-pegel, akhirnya pulang ke rumah dan perkara harus menggunting senar raket yang putus jadi terlupa.

Mungkin bagi yang sudah sangat berpengalaman dalam badminton sudah bisa menebak nasib dari raketku itu. Tapi di waktu itu, aku masih sangat awam, dan aku jadi terkaget dan menyesal dibuatnya. Batang lingkaran raketku penyok, tidak lagi simetris melainkan miring ke arah samping. Selain itu, di tepi kepalanya juga retak dan beberapa bagian malah terlihat pecah. Raket itu rusak secara keseluruhan akibat aku mengabaikan satu senar putus. Raket itu sudah tidak bisa lagi digunakan.

***

Beberapa waktu yang lalu, aku baru merampungkan menonton animasi berjudul Odd Taxi. Lho ini dari cerita tentang raket badminton kok bisa langsung loncat cerita tentang animasi? Iya, kupikir agak berhubungan. Jadi tulisan kali ini adalah perpaduan antara raket badminton, animasi odd taxi, dan deadline hari jumat yang mengharuskan membuat tulisan panjang dan serius agar tidak ditendang keluar dari grup whatsaap.

Dalam salah satu episode Odd Taxi yang tokoh utamanya seekor walrus yang bernama Odokawa, kaca mobil taxi miliknya berlubang dan retak karena ditembak. Shirakawa berkomentar harusnya Odokawa langsung melakukan perbaikan terhadap kaca tesebut. Kemudian mereka berdua menyebutkan teori kaca retak. Kaca yang retak yang tidak segera diperbaiki, akan mengundang kerusakan-kerusakan lainnya (kugoogling dan menemukan windows broken theory yang sebenarnya adalah teori tentang kejahatan).

Putusnya satu helai senar raket adalah masalah kecil. Tapi membiarkannya dan tidak memperbaiki/menuntaskan masalahnya segera dengan memotong habis senar sisanya justru menimbulkan masalah baru yang lebih besar. Ketika senar raket putus, bagian bagian senar yang lain justru akan saring tarik menarik dengan kuat, dan akibatnya yang semula tarikannya seimbang, kemudian menjadi kuat di berbagai sisi dan tidak berimbang lagi. Hal ini membuat batang raket menjadi ditarik ke arah yang tidak beraturan, sehingga mengakibatkan miring, penyok, ataupun pecah.

Barangkali dalam kehidupan juga sama. Masalah yang serius atau masalah besar timbul akibat kita mendiamkan dan tidak segera mengatasi masalah kecil. Masalah besar seharusnya bisa saja tidak perlu hadir dalam kehidupan kita kalau saja kita tidak memiliki hobi untuk menunda-nunda penyelesaian maslaah kecil.

Padahal kalau hanya mengganti senar, lumayan murah. Tapi akibat menunda, raket yang harusnya sehat-sehat saja jadi hanya bisa dibuang karena telah rusak.