Jumat, 29 Juli 2016

Teman Duduk

Buku adalah teman duduk yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran yang tidak akan mengusirmu. Dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu. Dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengualarkan apa yang kau miliki. Dia tidak  akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafikan, dan tidak akan membuat kebohongan.


                *Kukutip dari La Tahzan – hal 128.

Kamis, 14 Juli 2016

Gagu


Aku baru sadar, untuk beberapa waktu ternyata bisa juga ya kadang suara di tenggorokan tidak pernah benar-benar muncul keluar ketika kau berbicara dengan orang-orang tertentu. Tak jarang pula lidah terasa kelu dan jadi gagap saat kau berusaha mengutarakan sesuatu. Padahal hanya berniat say hai atau say hallo, atau bahkan mau minal aidin-an karena momennya masih idul fitri.

           Sehingga kalimat-kalimat tersebut tak pernah tersampaikan. Kan ya jadinya merasa nggak enak dengan orang yang bersangkutan.  :3


            Dan sampai detik ini pun, aku belum tahu orang-orang tertentu yang bagaimanakah yang sering tiba-tiba menjadikanku gagu.

Selasa, 12 Juli 2016

Selasa, 05 Juli 2016

Lebaran itu

"Mas, boleh minta dituliskan sesuatu tentang arti lebaran kah mas? lebaran menurut mas aja. Diketik di WA langsung juga gpapa,"

aku kudu nulis opo yo - berpikir keras.

dan yang kepikiran mung koyo iki.



                Bagi seekor ayam, mungkin lebaran itu adalah tentang pengorbanan diri. Rela disembelih untuk menjadi santap saji kala para tamu mampir nanti. Ia merelakan dirinya demi mempererat silaturahim.

                Sebuah ketupat mungkin akan menganggap lebaran itu adalah tentang sebuah awal dan akhir. Ketupat akan ramai-ramai lahir ketika menjelang malam takbir, dan bersedia untuk lenyap untuk dilahap di esok hari.

                Sebagai anak kecil, mungkin lebaran adalah momen tentang kebahagiaan. Dimana akan banyak makanan, baik ketupat ataupun opor ayam. Akan banyak ‘angpau’ untuk diterima dari orang yang tidak enggan berbagi. Di samping itu semua, lebaran menjadi hari yang ditunggu karena bertemu banyak kawan dan saudara, berlari ke sana kemari, bermain bersama-sama.

                Lalu bagimu pemuda (yang makan ayam, ketupat dan pernah mengalami masa kecil), apakah arti lebaran untuk pribadimu tahun ini?

                

Senin, 04 Juli 2016

Ada Satu Nikmat

22 Juni 2016

            Ada satu nikmat yang sering terlupa karena kadang kita merasa menemukan yang lebih baik, ia adalah kesempatan.

            Selepas terawih kemarin malam, entah sebuah kebetulan yang direkayasa atau bukan, temanku yang teraweh di masjid pogung raya mendapat rezeki untuk bisa bertemu salah seorang dosen teknik. Ia berniat menyampaikan pesan kawannya terkait wisuda yang tertunda.

            Ketika sholat isya, kami berdua tak menemukan sosok dosen yang kami cari. Dalam hatiku  hanya berucap, “durung rejeki mas ketemu dino iki,”. Lantas setelah ceramah teraweh selesai dan sholat hendak dimulai, kawanku yang dari tadi kita berjejeran satu shaf melangkah maju ke depan.  Mengisi sela-sela shof yang masih bisa dipenuhi.

            Ia maju ke depan, dan seorang lain di sampingku akhirnya maju. Pun di sampingnya sampingku sekarang orang baru, dan setelah kutengok, beliau adalah dosen yang kami cari. Dari shof pertama dan ketiga, aku dan kawanku saling pandang sambil melempar lirik dan senyum. “Yang dicari-cari malah datang sendiri ketika sudah tak dicari. Rejekimu, mas.” Batinku.

            “Jadi begini, Pak. Teman saya hendak menanyakan wisudanya yang sudah tertunda lama.”

            “Lho? Kalau dia sudah nggak ingin wisuda ya jangan dipaksa untuk wisuda tho mas?” jawab dosen tersebut sembari menoleh ke arah saya sambil melempar senyum. Aku sendiri jadi celingak celinguk bingung dan akhirnya senyam senyum sambil menggaruk-garuk kepala.  Jadi temannya temanku hanya tinggal sedikit lagi wisuda, namun entah karena hal apa, beliau tidak melanjutkan studinya (hilang) beberapa tahun. Dan entah karena hal apa juga, beliau jadi ingin wisuda. Dan untuk itu, meminta temenku untuk menyampaikan hajat kepada dosen yang berkepentingan. Begitu.

            “Ini tidak terjadi sekali dua kali lho, mas. Yang seperti ini sudah berulang kali sejak jaman dahulu.”

            “Wah iya kah, Pak?” aku jadi tertarik dengan yang dimaksud jaman dahulu dan berulang kali tersebut. Dua frasa itu akan mengawali rentetan cerita-cerita ‘menarik’ tentang pengalaman beliau. Aku selalu suka dengan beliau ketika bercerita.

            “Dulu pernah ada, karena dia sudah punya usaha dan perusahaan besar, ia berniat tidak menyelesaikan studinya. Memang ketika itu dia sudah menjadi direkturnya. Dan menurut dia saat itu, ia memilih untuk tidak selesai (menghilang), padahal tinggal skripsi. Setelah 22 tahun, dia kembali menghadap saya. “Bro, Aku ko ingin lulus, bagaimana caranya?” ya aku hanya bisa senyum saja tak bisa memberikan jawaban.”

            “Juga pernah ada mas, pas kuliah sudah usaha eksportir Amerika. Omsetnya miliaran. Ketika dia punya anak tiga, dia balik lagi menghadap saya yang temannya waktu itu.  “Biar saya bisa lulus bagaimana ya?””

            “Dan itu masih banyak kasus lagi yang seperti itu. Puluhan tahun kemudian baru kerasa pentingnya lulus. Pentingnya menyelesaikan tuntas studi. Sekarang memang tidak terasa, “wong sudah jadi direktur, atau kesibukan lain yang dalam pikiran kita sudah tidak penting lagi kita lulus ataukah enggak untuk jenjang sarjana kita.” Tapi ya itu kenyataannya mas. Lulus itu penting.”

            “Kadang kan kita memang gitu, sering menyia-nyiakan satu nikmat yang bernama kesempatan. Sudah tinggal lulus, skripsi sudah tak bilangin akan dibantuin paling 3-4 bulan selesai. Praktikum sudah kudorong-dorong. Intinya sudah kufasilitasi, tapi orangnya sendiri menghilang, ya saya bisa apa kalau gitu.”

            “Bisa kuliah dan lulus itu kesempatan. Dan banyak lagi kesempatan-kesempatan dalam hidup, tapi kadang ya yang namanya manusia menyerah dengan kesempatan itu. Kelak akan terasa seberapa besar anugerah kesempatan itu bagi kita. Dan ketika masa itu, kita akan berpikir, kenapa tidak kita ambil kesempatan besar tersebut.”

            “Kamu kapan lulus?” dosen tersebut menjawel tanganku.
            “Eh? Semester depan, Pak.”
            “Kamu 2011, tho?”
            “2012  -_-“


Minggu, 03 Juli 2016