Minggu, 31 Mei 2015

Hari Istimewa



Aku tidak akan melupakan hari ini. Hari dimana kita maju bersama ke depan untuk musikalisasi di sebuah ruangan 2.5 gedung KPFT-UGM. Pun aku tidak akan mengingat-ingat diksi yang terbaik untuk menuliskan ini. Hanya bercerita, menuliskan apa yang kurasa. Jadi jangan protes ya mengenai tulisannya -_-

Tampil bersama kalian itu menyenangkan. Bermusikalisasi dengan kalian itu membahagiakan. Rena bilang telah empat tahun berganti, Fitri berkata kalau dia ingin pulang, Tyani menyeru bahwa lihatlah cahaya, Alfina meminta kita berkaca, Lian dengan petikan dawai gitar, dwis menutupnya dengan itulah dunia. Dan selalu ada Mba Yova si sutradara

Mungkin memang demikianlah dunia. Ada waktu, kerinduan, melodi, harapan, bayangan dan kadang kala kita harus melihat jauh ke dalam diri kita masing-masing. Menghela nafas sejenak untuk mengarungi hidup. Maka jika hati merasa goyah, serahkanlah pada Sutradara kehidupan.

Tutup mata dan biarkan semua
Biarkan air mata jatuh bersama hujan
Andai ada luka, abaikan semua
Biarkan Takdir Tuhan Bicara




Kalian memang luar biasa guys ^^
Jadi Kapan klub hore ini bisa bersenandung bersama lagi? ^_^


Yogyakarta, Gedung KPFT 2.5
Tentang Lilin Berkaca dan Berotasi
Klub Hore



Rabu, 27 Mei 2015

Jangan-Jangan


Kita tidak bahagia?
Jangan-jangan bukan karena kita tidak mendapatkan hal-hal membahagiakan
Mungkin saja karena kita terlalu sibuk mencari kebahagiaan
Sibuk mendefinisikan
Hingga kita lupa bahwa kebahagiaan itu sejatinya selalu datang

Kita tidak berprestasi?
Jangan jangan bukan karena kita tidak punya bakat
Mungkin saja karena kita terlalu iri dan sibuk akan kelebihan orang lain
Dan akhirnya kita lupa
Diri kita Istimewa

nilai merah selalu ada di rapor kita
IP tidak sesuai yang diharapkan?
Jangan-jangan bukan karena kemampuan otak-otak kita biasa-biasa saja
Mungkin saja karena kita (merasa) cukup belajar
Menyudahi membuka buku padahal kita tahu kita belum paham
Bilang pada diri bahwa belajar kita telah maksimal

Kita sedih?
Jangan-jangan kita sedih bukan lantaran memang harusnya sedih
Tapi karena kita terlalu memperhatikan mereka yang membenci kita
Hingga kita lupa mereka yang mencintai kita

Jangan-jangan bukan karena kita tidak mampu
Tapi karena kitanya (merasa) tidak mampu
Terbaring lemah memutuskan menyerah
Menyudahi perjuangan

Sibuk?
Jangan-jangan kita berpikir kita sibuk
Padahal hanya merasa sibuk

Ahhh, jangan-jangan bukan karena tak sempat
Tapi karena kita tidak benar-benar meluangkan waktu saja

Yogyakarta, 25 Mei 2015
Jangan-jangan
Hanya karena Merasa

Minggu, 24 Mei 2015

Tentang : Kebaikan, Roti dan Penjelasan


Ketika kebahagiaan itu tidak terlihat oleh mata
Bukan berarti tidak ada
Mungkin ia persis berada di punggung kita
Bisa dirasa, bisa disentuh
Tapi tidak bisa dilihat

Ketika penjelasan itu tidak tertangkap oleh pikiran
Bukan berarti penjelasan itu tidak ada
Mungkin dia masih bersembunyi
Enggan menampakkan dirinya karena tahu kita belum siap menerimanya
Enggan datang terburu-buru,
Takut menyakitkan buat kita                                

Atau penjelasan itu sebenarnya sudah menunjukan diri di depan kita
Tapi kita tidak benar-benar menghadapkan diri ke wajahnya
Sibuk berpaling mencari penjelasan lain yang memuaskan hati kita
Mencari pembenaran atas apa apa yang menguntungkan kita

Ketika penjelasan itu tidak terlihat oleh mata kita
Mungkin dia terlihat dari jutaan mata lain

Jika kebahagian itu tidak datang
Mungkin karena kita sibuk membandingkan “roti” yang kita punya dengan orang lain
Berkata kepada si Pemberi Roti bahwa roti kepunyaan kita tidak selezat roti mereka
Maka jangan salahkan si Pemberi Roti jika ia mengambilnya lagi
Enggan memberi lagi

Semoga aku bersyukur atas Roti yang tiap hari Ia berikan
Semoga kau bersyukur atas Roti yang tiap hari Ia berikan
Semoga kita bersyukur atas Roti yang tiap hari Ia berikan

Roti terbaik
Roti termanis
Roti terlezat


Yogyakarta, 25 Mei 2015
Konsul Papa
Roti
dan Tentang Syukur



Pembalasan Cacar

Semut-semut merayap di batang rambutan, Berbaris rapi menuju ke arahku. Nampaknya mereka bersekongkol untuk ‘menghabisi’ diriku yang tengah naik ke atas pohon untuk memetik rambutan dengan tongkat dua meter.

“Ibu apa-apaan si? Masak Rohim diminta Ibu memetik rambutan penuh dengan semut gini. Mana tadi wafer delfi yang kubeli sepulang sekolah dilahap habis oleh wawan. Dan ibu bilang apa? oh ya, kamu kan sudah besar, mbok ya ngalah.” gerutu ku sebal sambil menginjakan dahan yang telah melengkung karena menahan beban berat tubuhku.

“Aduh” Aku mengusapkan jidat kepala yang telah memerah karena digigit semut. Belum selesai rasa sakit akibat gigitan itu hilang, seluruh tangan, dan punggungku telah di’kerubungi semut. Mereka nampaknya berpesta ria ‘gemas’ dengan kulitku.

Tak ayal, semua tubuhku penuh dengan bentol merah.

“Ibu, Kak Rohim kena cacar!” teriak wawan adikku dengan ekspresi ketakutan. Cacar memang sempat mewabah di lingkungan kami, dan wawan mendapat pelajaran dari bu guru bahwa jangan dekat dekat orang cacar, nanti bisa ketularan.

Aku justru iseng berlari-lari mengejar wawan, mencoba memeluk dan menempelkan pipi penuh bintik merah ke pipi gembilnya. Yang dikejar justru spontan mendobrak pintu kamar sembari menutup mata dengan bantal.

“Akhirnya aku bisa balas dendam!” aku terkekeh kekeh. 

*Wafer, Tongkat dan Cacar


Sabtu, 23 Mei 2015

Raja, Salak dan Keselamatan Negara

Konon, jauh sebelum istilah hindia belanda diperkenalkan, berdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin seorang raja bernama Mutas.

Dia raja tanpa mau mengenakan mahkota.

Sampai suatu hari, Sang Raja memutuskan untuk pergi menemui ibunya. Raja tahu benar bahwa sang bunda sangat gemar akan salak. Maka ia memutuskan membeli beberapa kilogram sebagai buah tangan keluarga. Ditemani oleh anak perempuannya bernama Mila, maka mereka berdua berkendara pulang.

Pakaiannya sederhana, tidak lebih dari kain yang dipakai kebanyakan rakyatnya. Kendaraannya pun tidak  bisa dibilang mewah, hanya seekor kuda kampung berwarna coklat. Maka sepanjang perjalanan, tidak ada satupun yang mengenali mereka berdua, Raja dan Mila.

Di tengah perjalanan, kaki Mila tidak sengaja menendang kantung salak yang terpasangkan di punggung kuda. Kantung plastik hitamnya sobek. Tumpah ruah semua salak.

“Mas, ini dipakai buat bungkus salaknya” tiba-tiba seorang ibu-ibu penjual asongan datang menghampiri, menawarkan beberapa lembar plastik hitam untuk wadah salak. Tentunya ibu tadi tidak tahu kalau laki-laki di depannya sejatinya adalah seorang raja.

Sang Raja memungut beberapa salak yang tercecer di tanah, mengusap-usapnya dan memasukan ke dalam kantong plastik. Menghampiri ibu-ibu asongan yang sibuk menawarkan jajanannya kepada beberapa warga yang lewat.

“Ini Bu buat Ibu”
“Eh tidak usah Mas”
“Monggo Bu, ditampi nggih.”
Ibu-ibu itu menatap bingung, menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal dengan tangan kirinya.

“Ayah apa yang ayah lakukan? Bukankah kita sudah punya plastik di kantung kuda?”
“Ayah sedang menyelamatkan negara Nak”
“Menyelamatkan negara dengan memberi salak kepada pedagang asongan? Bagaimana bisa?”
Sang Raja tersenyum, memandang teduh wajah anak perempuannya itu.

“Nak, ayah memang tidak membutuhkan plastij darinya sebenarnya, karena benar katamu kita sudah punya banyak.”
“Terus?”
“Ayah memberikan sebagian salak kita karena ayah percaya. Kerajaan bisa saja hancur karena senjata, perang. Kerajaan hancur lantaran orang-orang peduli sudah tidak ada lagi. Ayah khawatir, jangan-jangan orang-orang peduli memutuskan untuk tidak peduli lagi lantaran kita tidak mempedulikan mereka-mereka yang peduli.”

“Apa jadinya kalau nggak ada orang yang peduli yah? Mila bingung”
“Haha, Mila. Suatu saat kau akan mengerti nak, yuk berangkat lagi ke rumah nenekmu.” sambil mengacak-ngacak rambut anak perempuannya


Gadis, Panti dan Game

Gadis itu dikirim ke panti asuhan sebelum dia berusia satu tahun, karena kemampuan kecerdasannya yang luar  biasa. Dia juga bisa belajar berbicara lebih cepat. Disana dia belajar tentang game.
Dia diminta untuk bermain banyak game yang mereka sebut uji kecerdasan. Tapi game itu sangat membosankan karena dia tidak menikmatinya, meski bermain dengan siapapun.

Setelah 2 tahun berlalu

Dia bertemu kembali dengan wanita yang sepertinya ibunya, dan anak laki-laki yang berusia 7 tahun lebih tua daripada dia. Anak laki-laki itu mengatakan pada orang dewasa, apapun yang dia pikirkan, dan tersenyum dengan tatapan kosong pada semua orang

Gadis itu berkata padanya kata pertama yang sudah lama sekali tidak dia ucapkan.

“Kau benar benar terlihat hampa”

Anak laki-laki itu kemudian menggenggam tangan gadis kecil dengan kedua tangan.


“Ayo kita bermain game”


*Episode 9 Anime Jepang

Selasa, 19 Mei 2015

Beda Di Bibir


            Di suatu sore, terjadi perbincangan antara Lana dan Rina. Sebuah perbincangan yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan Lana.

            “Mohon doanya ya supaya saya jadi lebih tenang ya Lana,”

            “Gak tenang kenapa Rin?” aku tidak mau bilang ini sebenarnya Rin, tak tahu kenapa kalimat ini yang muncul di benak Lana. bukankah yang kau minta cuma doa? Lana bahkan belum menjawab permintaanmu rin iya atau tidaknya”

            “ :’D “

            “Boleh tahu kenapa Rin?” ada apa denganku, padahal ingin menuliskan semoga engkau dikuatkan dan ditenangkan. Tapi yang muncul dari kata adalah keegoisan. Keegoisan tentang ingin tahu penyebabnya. Lana tahu betapa tidak semua harus ditanyakan dengan pertanyaan “kenapa?”, kadang begitu menyebalkan. Lana tahu itu.
           
Ada yang bisa Lana bantu?”  sejatinya Lana hanya ingin mengucapkan maaf.
MAAF……


Yogyakarta, 19 Mei 2015
18.41
Tentang Lana dan Maaf
Semoga Tenang


Minggu, 17 Mei 2015

Badminton di Malam Hari (Cuma Sedikit)

Harusnya aku tidur tadi, tidak kurang 5 jam duduk di atas soul GT untuk kembali ke asrama membuat badan agak kecapean. Tapi dengar ajakan untuk badminton. Mana bisa kumenolak?

Apa aku akan bercerita bagaimana hebatnya Adi dalam memukul cock? Tidak. Itu sudah biasa, semua orang sudah tahu itu. Hebatnya diriku?  Aku masih belajar, bahkan untuk sekedar menimpuk kumpulan bulu itu aja sering gagal. -_-

Hari ini, ingin bercerita tentang seseorang. Dia tidak begitu pandai bermain badminton. Setidaknya begitulah yang terlihat. Namun, aku sempat tercengang karena dia menantang si jagoan badminton untuk bertanding single. Maka rasa antusias dan penasaranku mendorong untuk duduk di kursi tinggi wasit. Ikut mengawasi jalannya pertandingan.

Dia kewalahan dibuatnya. Melangkah ke depan, samping, belakang. Segala penjuru lapangan dia datangi demi membalikkan cock ke daerah lawan. Padahal, di sisi net yang lain, si jago santai saja menanggapinya. Game ditutup dengan 21 vs 5.

Aku pikir dia akan menyudahi pertandingan. Enggan untuk melanjutkan ke game kedua lantaran kalah telak dengan lawannya. Ternyata aku salah, benar-benar salah. Dia justru santai dan semangat bilang bahwa “aku telah berkembang kan mas dari kemarin?”

Padahal kalau itu aku, seringnya aku akan meletakkan raket di bangku tunggu. Bilang “capek” sebagai alasan yang masuk akal.

Game kedua ditutup dengan 21 vs 7.

Menyerah itu pekerjaan mudah. Dan itu yang dilakukan kebanyakan orang. Berhasil itu biasa. Tapi berjuang dari kekalahan dan menyadari bahwa itu sebagai proses berkembang adalah suatu hal yang spesial.”

“Berhenti berusaha itu mudah. Dan jawabannya hanya perlu “sedikit”. Sedikit lebih lama  belajar, sedikit lebih cepat berlari, sedikit lebih giat berlatih dan sedikit lebih bersabar.”

“Cuma perlu sedikit.”

Yogyakarta, 17 Mei 2015


Sisa-sisa keringat sudah tiada terkena hembusan kipas level 3

Tentang : Berbagi

Sungguh
Tak kan berkurang ilmu yang dibagikan
Karena saat berbagi ilmu kita merasa ingin berbagi jauh lebih banyak
Maka kita akan merasa harus mencari ilmu lebih banyak pula

Sungguh
Berbagi itu membuat ketagihan
Ketagihan yang menjadikan kita
Lebih tenang
Lebih lapang
Dan lebih bahagia



Comal, 14 Mei 2015
Ada  Bela, Wawan dan Elja di sampingku menulis.
Berjumpa dengan adik kecil memang menyenangkan,
meski inginnya tak ajak berkelahi saja mereka :D

“Kapan pulang  lagi?” Aku bingung jawabnya.

Aku Dukungan

Karena di balik kesuksesan dan kebahagiaan seseorang
Ada campur tangan Allah yang tak terkira
Doa orang tua ditiap malam
Dukungan dari  sanak saudara
Tangan ibu bapak yang terampil dan sabar merawat kita
Serta tepuk semangat dari sahabat

Pengusaha wanita yang sukses berkata dia tidak akan jadi seperti ini tanpa dukungan sang suami
Lebah berkata, dia tidak akan membuat madu tanpa adanya  bunga.
Bulan berucap, dirinya tidak akan indah tanpa hadirnya bintang-bintang
Pelangi berteriak, mereka tidak mau tampil di langit kalau satu saja warna mereka tidak ikut bersama
Tidak indah mereka bilang

Keberhasilan kita bukan keberhasilan satu orang
Kebahagiaan yang harusnya dibagikan
Kebahagiaan yang lebih membahagiakan jika kita berhasil bersama

Mungkin tidak terlihat
Tapi jelas bukan berarti itu tak ada

Tidak tertangkap mata
Bukan berarti tidak nyata.




Yogyakarta, Comal dan Perjalanan
14 Mei 2015
Aku senang, Aku Rindu
Aku berada di rumah
Tulisan pasca  dialog tokoh dengan sosok luar biasa,

Tersimpan rapi di buku namun baru sempat mengetikkannya -_-

Rabu, 13 Mei 2015

Jalan-Jalan di Pasar


Aku pikir berjalan-jalan menyenangkan itu hanya  di tempat wisata, mall atau malioboro. Ternyata aku salah. Berjalan-jalan di pasar pun menyenangkan.

Tadi si tidak sengaja, tiba-tiba ingin kesana. Ya, tiba-tiba ingin (kadang kurang paham sendiri alasannya), berburu beberapa butir buah untuk yang di rumah.

Disana, ramai sekali. Padahal baru jam enam pagi. ah apa mungkin aku yang tidak pernah keluar di pagi buta ya, sampai sampai pasar jam segitu rame adalah hal yang mengherankan buatku. Dasar anak rumahan kau am, hehe.

Di samping kanan kiri banyak kios. Yang dijual juga macam-macam, sayur, buah, sembako, mainan, ikan-ikan (disini kadang irkham merasa heran, nanti di tulisan lain akan aku utarakan) sampai jajanan pasar. Apa itu aja yang spesial? Tidak.

Dari mata para penjual, ditawar-tawar. Kadang justru ada yang Cuma nanya harganya berapa, terus berlalu saja. Aku tadi salah satunya :3

Ada yang sedang makan sarapan, kipas-kipas. “menjemur” ikan (baunya khas) menggelar bawang, atau sekedar ‘gosip’ dengan pedagang lain yang bersebalah.

Jalan-jalan di pasar itu asik, kita bisa melihat berbagai perilaku, bermacam-macam tingkah, raut-raut penuh emosional, wajah bahagia, dan gurat perjuangan.


Sekali-kali jalan-jalan bersama yuk, ke pasar.
Tempat dimana ada jutaan rasa.


Yogyakarta, 14 Mei 2015
Pasar
H-3 jam pulang kampung
Sudah tidak sabar


Selasa, 12 Mei 2015

Sebuah Buku Pinjaman

Sempat tak menyangka buku yang ingin kubaca ternyata tiba-tiba ada yang meminjamkan.
Buku yang bercerita tentang anak Kota Hujan, Kica namanya (dari tulisan di cover belakang, hehe)

Sejauh tadi sempat baca si, nama panjangnya Kirana Annisa, dipanggilnya Kica. Aku sempat terbayang si, nah yang minjamin buku ini panggilannya siapa dong? Fica -_-a

Kica ini gadis yang suka sekali dengan hujan. Menurutnya, hujan adalah pertentangan. Sama seperti malam ini, "hujan membasuh dingin tanah jogja, tapi menghangatkan jiwa"

Selain Senja, Pelangi, dan Rembulan. Hujan memang selalu spesial.

Dan terima kasih telah meminjamkan buku yang spesial ya,
Semoga kuat bacanya karena ternyata tebal juga -_-

Buku putih gading bersampul plastik, berjudul Tentang.


Yogyakarta, 12 Mei 2015
Membaca buku Kica diiringi oleh Hujan yang dia suka
Tentunya sambil ngerjain desain produk
Gambar prawitamutia.tumblr.com

Senin, 11 Mei 2015

Ketika Cantik Itu

Banyak orang mendefinisikan cantik
Cantik itu dilihat pada
Beningnya wajah
Lembutnya kulit
Indahnya mata
Seberapa pandai berias
Dan senyum yang menawan
Aku tak tahu aku harus apa?

Ketika cantik itu dilihat dari
Kemampuan otak dalam menghafal
Kelihaian menggoreskan kata-kata indah penuh makna
Dan seberapa merdu suara yang dilantunkan
Aku tidak tahu lagi harus apa?

Aku berharap
Cantik itu tidak memiliki definisi
Karena jika terdefinisi,
Maka kami hanya sibuk membandingkan
Bahwa dia lebih cantik dibandingkan yang lain
Karena sibuk membandingkan definisi cantik
Kita justru tidak pernah menemukan cantik yang benar benar cantik

Dengan tanpa nama
Maka akan membuat cantik begitu indah

Aku berharap tak pernah tahu definisi cantik
Berharap pemahaman cantik itu datang karena hati ini yang memilihnya
Mengutarakannya, bukan dengan mata apalagi logika.

Yogyakarta,10 Mei 2015
Kala berkumpul I-PAPS dan menanti kedatangan mereka berdua
Kue Ulang Tahun, Tulisan Yasin dan Maba FK

Pondok Cabe

Minggu, 10 Mei 2015

Aku dan Rasa Kantuk dalam Kelas



Dulu…
Aku memandang heran mahasiswa yang selalu tidur dalam kelas
Bagaimana bisa bisanya mereka seperti itu
“Bukankah itu bukan kelakukan yang baik?”
Pikirku

Sekarang
Aku dalam posisi yang tertidur itu
Mata terpejam saat dosen menerangkan
Telinga tersumbat saat penjelasan datang
Pikiran melayang dikala harusnya aku fokus memperhatikan

Aku dalam posisi yang dulu kuanggap tak baik
Tapi aku sendiri belum tahu cara mengatasinya

Dulu…
Aku tak habis pikir dengan para penjahat, maling dan koruptor


Lantas? Apakah?


*Yogyakarta, 6 Mei 2015
Ruang Kuliah M6
Termo 3
Ihrom dan Lana
Lantas
Gambar www.duniadiksi.com

Aku Sejatinya Ingin Bertanya Padamu



Aku sejatinya ingin bertanya padamu
Tapi hari itu…..
Tidak pernah datang

            Ya, kita telah berpisah sejak usiaku 4 tahun
            Ku harap kau pergi dan disambut oleh si pemilik di tempat terindah

Sekarang sudah 21 tahun umurku,
Berarti telah lama sekali ya aku tidak memandang wajahmu
Mendengar suaramu
Atau sekedar memintamu menggendongku di punggungmu
How nostalgic saat kau memintaku memberikan “bongkrek”
Begitulah kau menyebutnya
Dan memberiku jempol kananmu dengan senyum khasmu

Bagaimana kabarmu disana?
Ternyata sudah 17 tahun kita berpisah

Kalau saja aku bisa mengulang waktu
Aku ingin merenggut hati yang tidak pernah datang itu
Menanyakan akan satu hal

Kamu berharap anakmu ini jadi seperti apa di masa depan?

Yogyakarta, Mei 2015
Di ruang kuliah M6
Manajemen Industri

Hilal


Gambar baltyra.com

Sabtu, 02 Mei 2015

Ketika Cinta

“Cinta memang memerlukan pengorbanan, tapi jika kamu merasa telah berkorban demi cinta maka cintamu hanya omong kosong. Karena sejatinya ketika kamu cinta, pengorbanan tersebut justru tidak akan terasa.” Attair

Sudah kah kau benar benar cinta kepada orang-orang yang benar benar mencintaimu dari sejak lahir Am? :''