Tulisan ini bukan tentang senar gitar, bukan juga
tentang senar layangan. Tulisan ini tentang senar raket badminton. Emang mau
cerita tentang apa kalau cuma topik senar raket?
Hobiku badminton, sepertinya buat mereka yang menyimpan
nomor kontakku dan yang nomornya kusimpan, sering melihat diriku update status
di lapangan. Ceritanya dulu pas SMA, sering mampir ke dusun sebelah untuk ikut
main badminton di lapangan yang masih beralaskan tanah.
Singkat cerita, tepok sana tepok sini berkali kali
sampai senar raketku putus di saat permainan sedang ramai-ramainya. Aku selalu
membawa dua raket, jadi langsung kutukar saja raket yanng senarnya putus dengan
raket yang berada di tasku dan langsung kulanjutkan permainan. Sempat sayup
sayup kudengar kalau aku harusnya memotong habis senarnya terlebih dahulu.
“Ah bisa nanti saja” pikirku.
Akhirnya permainan selesai, masih menunggu giliran
untuk bermain lagi, badan sudah capek dan pegel-pegel, akhirnya pulang ke rumah
dan perkara harus menggunting senar raket yang putus jadi terlupa.
Mungkin bagi yang sudah sangat berpengalaman dalam
badminton sudah bisa menebak nasib dari raketku itu. Tapi di waktu itu, aku masih
sangat awam, dan aku jadi terkaget dan menyesal dibuatnya. Batang lingkaran
raketku penyok, tidak lagi simetris melainkan miring ke arah samping. Selain
itu, di tepi kepalanya juga retak dan beberapa bagian malah terlihat pecah.
Raket itu rusak secara keseluruhan akibat aku mengabaikan satu senar putus.
Raket itu sudah tidak bisa lagi digunakan.
***
Beberapa waktu yang lalu, aku baru merampungkan menonton
animasi berjudul Odd Taxi. Lho ini dari cerita tentang raket badminton kok bisa
langsung loncat cerita tentang animasi? Iya, kupikir agak berhubungan. Jadi
tulisan kali ini adalah perpaduan antara raket badminton, animasi odd taxi, dan
deadline hari jumat yang mengharuskan membuat tulisan panjang dan serius agar
tidak ditendang keluar dari grup whatsaap.
Dalam salah satu episode Odd Taxi yang tokoh utamanya
seekor walrus yang bernama Odokawa, kaca mobil taxi miliknya berlubang dan
retak karena ditembak. Shirakawa berkomentar harusnya Odokawa langsung
melakukan perbaikan terhadap kaca tesebut. Kemudian mereka berdua menyebutkan
teori kaca retak. Kaca yang retak yang tidak segera diperbaiki, akan mengundang
kerusakan-kerusakan lainnya (kugoogling dan menemukan windows broken theory yang sebenarnya adalah teori tentang
kejahatan).
Putusnya satu helai senar raket adalah masalah kecil.
Tapi membiarkannya dan tidak memperbaiki/menuntaskan masalahnya segera dengan
memotong habis senar sisanya justru menimbulkan masalah baru yang lebih besar.
Ketika senar raket putus, bagian bagian senar yang lain justru akan saring
tarik menarik dengan kuat, dan akibatnya yang semula tarikannya seimbang,
kemudian menjadi kuat di berbagai sisi dan tidak berimbang lagi. Hal ini
membuat batang raket menjadi ditarik ke arah yang tidak beraturan, sehingga
mengakibatkan miring, penyok, ataupun pecah.
Barangkali dalam kehidupan juga sama. Masalah yang
serius atau masalah besar timbul akibat kita mendiamkan dan tidak segera
mengatasi masalah kecil. Masalah besar seharusnya bisa saja tidak perlu hadir
dalam kehidupan kita kalau saja kita tidak memiliki hobi untuk menunda-nunda
penyelesaian maslaah kecil.
Padahal kalau hanya mengganti senar, lumayan murah.
Tapi akibat menunda, raket yang harusnya sehat-sehat saja jadi hanya bisa
dibuang karena telah rusak.
Akhir paragraf ketujuhnya :D Can relate
BalasHapus