Rabu, 09 Desember 2015

Dia Akan Mencari Jodohnya Sendiri

                
                Di postingan sebelum ini yang berjudul mulai terbiasa. Seorang kawan dekat memberikan respon apa yang kutulis. Meskipun aku bisa mengerti apa yang dia respon tidak seperti apa yang ingin kusampaikan di tulisan itu, tapi tak apa karena aku menemukan hal yang menarik dari sana.

Aku tahu, bahwa diriku kadang merasa bahagia bila tahu tulisan yang kita buat dengan sungguh-sungguh, juga sungguh-sungguh dibaca oleh orang lain. Kata-kata yang kita rangkai, coba sedang dicerna oleh mereka yang membaca tulisan kita. Itu sungguh membahagiakan. Dan kupikir hampir semua yang menulis sesuatu pasti berharap agar tulisannya sampai kepada orang yang dituju. Dan dibaca.

                Dulu, aku memahami seperti itu. Menulis dengan sebaik mungkin, berharap orang lain akan suka membacanya. Mendamba agar orang lain mengerti apa yang ingin kusampaikan tersirat dari susunan kata yang berjejer rapi. Dulu aku sering seperti itu. Dan sama seperti harapan lainnya yang terlanjur disandarkan kepada apa yang di atas bumi, Aku kecewa.

                Aku sering kecewa.

                Sampai pada suatu pagi, saat hendak menyantap kuah soto di depan mulut. Seseorang mengatakan sesuatu perihal jodoh tulisan.

                Ketika kita menulis sesuatu, maka tulisan yang akan kita buat akan berkelana. Mencari jodohnya sendiri. Melalangbuana untuk menemukan siapa yang hendak membacanya. Karena tulisan itu sendiri percaya bahwa dirinya selalu punya pembacanya masing-masing. Setiap tulisan akan menemukan pasang mata yang mau membacanya..

                Dan kau tahu? Meski itu bukan pasang mata orang lain, minimal pasang mata diri kita sendiri. Tulisan yang membuat diri kita serasa bergairah, terhibur, tergugah dan segala emosi lain yang datang ketika kita sendiri membacanya. Dia akan selalu menemukan jodohnya, dan jodohnya adalah kita.

                Aku akan tetap menulis, karena tujuanku menulis adalah untuk menulis. Tanpa perlu khawatir ada orang yang akan membacanya atau tidak.

                Aku akan tetap menulis, sebagai pengingat, penghibur sekaligus untuk bernostalgia mengenang memori-memori lama.

                Aku akan tetap menulis. Menulis dengan bahagia.
                Dan sangat bahagia jikalau kau mau membacanya.

                ***

                Yang disana sedang apa? Menulis yuk, biar aku bisa tahu apa yang sedang kau rasa dan pikirkan dari sana.


                Yogyakarta, 9 Desember 2015
Sehabis pulang tugas kelompok Aeromodelling


0 komentar:

Posting Komentar