Selasa, 15 Desember 2015

Orang yang Bertanya



                Janji telah dibuat, sehabis dhuhur dirku akan menemui seorang kakak tingkat untuk meminjamkan buku biru dan buku hijauku. Sebenarnya hari ini tidak ada kuliah karena minggu ini masuk minggu tenang. Tak ada keperluan khusus yang mengharuskanku pergi ke kampus. Tapi entah mengapa aku ingin menemuinya, meminjamkannya. Mengantarkan buku itu untuk dia baca.

                Mungkin ini yang disebut sebagai kebahagiaan penulis. Mereka mereka bisa bahagia bahkan karena alasan sederhana. Tulisan yang dibuat hendak dibaca orang. Pikirnya barangkali dengan itu bisa memberi manfaat bagi kawan. Berharap melalui deretan huruf itulah kebaikan bisa tersampaikan.

                Jam menunjukan pukul setengah satu kurang dan aku memutuskan untuk mampir ke bank guna cetak rekening koran. Pikirku dengan berangkat jam segitu, aku bisa menemuinya tanpa terlambat.

                “Ke bank paling cepat lah, ya”

                Manusia lagi lagi hanya bisa menduga, namun waktu yang akhirnya bicara. Setengah dua baru selesai di bank lantaran mengantri terlalu lama. Sebenarnya tidak banyak, namun karena yang dituju layanan customer service jadinya sungguh tidak bisa terkira berapa menit seseorang bisa menyelesaikan urusannya. (Mulai hari ini aku akan penuhi janji orang dahulu, tanpa mengira-ngira dan menyela dengan agenda lain yang aku pikir ‘masih sempat’ tanpa bisa memastikan kapan selesai agenda selingan tersebut).

                Akhirnya karena mungkin terlalu lama, si kakak tadi bilang ada agenda. Tempat janjian KPFT berpindah ke Masjid Mardliyah dekat Rumah Sakit Sardjito.

                Aku sampai ke tempat yang dimasksud. Diiringi gerimis lembut (hujan deras, tapi butirannya kecil kecil) yang justru membuatku ingin berlama-lama dikeroyok rintik-rintik hujan.

                Aku menyapu pandangan, tak ada kakak tingkat itu sejauh mata memandang. Maka aku memutuskan untuk masuk dalam masjid, duduk bersila di dalamnya, mengeluarkan hape dan bertanya dimanakah posisinya dirinya sekarang. Berdiam di masjid sambil menunggu orang.
                Aku tak akan bercerita banyak tentang kating itu sekarang, mungkin di lain waktu. Namun seperti judul dari tulisan ini, aku ingin bercerita sedikit  tentang ‘orang yang bertanya’.

                HP telah kupencet, pesan sudah tersampaikan. Sembari menunggu balasan, aku mengecek inbox barangkali ada info penting di grup-grup whatsapp. Sibuk bergelut dengan mengusap-usap layar kotak berwarna putih itu.

                “Namamu siapa?” tetiba seseorang laki-laki datang menghampiriku, membungkukkan badan dari depan aku bersila.

                “Irkham Maulana, Pak.”
                “Sudah sholat tahiyatul masjid?”

                Diriku tidak mendengarnya dengan begitu jelas karena rintik di luar sekarang telah berganti guyuran hujan. Kukira dia menanyakan apakah aku sudah sholat dhuhur. Tapi di saat itu juga aku bingung, pasalnya jam sudah menunjuk pukul setengah tiga. Maka aku menanyakan kembali apa yang beliau maksud, takut salah nangkap.

                “Bagaimana, Pak?”
                “Adek sudah sholat tahiyatul masjid?”
                “Belum, Pak.”
                “Yuk sholat tahiyatul masjid dulu gih”

                Aku hanya bisa terpaku. Tutur katanya begitu lembut, terlihat santun. Untuk beberapa detik aku hanya bisa bengong waktu itu. Kututup hape di tangan dan segera kumasukkan ke dalam tas. Bergegas ke tempat wudhu. Dan tak terasa sebuah senyum tersungging dari bibir saya.
                “Untung dia bertanya. Orang yang bertanya.”



Mardliyah, 14 Desember 2015. 14.30

2 komentar:

  1. ini pasti ustad maulana yak kham yang nanya? :3

    BalasHapus
  2. iya, aku bertanya sama seseorang, dan nama beliau adalah ustadz maulana bang :)

    BalasHapus