“Rehan, kau tidak mendaftar di SMA Favorit
Kota?”
“Tidak”
“Kenapa?”
Bukannya nilaimu begitu memuaskan? Bahkan jauh lebih tinggi dari punyaku. Aku
saja benar-benar ingin kesana, tapi nilaiku tak memenuhi syarat”
“Hmm…” Rehan justru tertunduk. Ia mencoba mengatakan sesuatu tapi bibirnya tampak kelu. Hanya terlihat bergetar-getar.
“Aku juga ingin, teramat ingin malah. Tapi ketika aku membicarakannya kepada orang tuaku, mereka bilang mereka tidak mampu untuk membiayainya. Aku akan mencari di tempat lain saja.” Rehan mengucapkannya dengan begitu pelan, tetap dengan kepala tertunduk.
***
“Han…” Lelaki itu menuntun Rehan ke depan sebuah pintu yang tertutup di sudut ruangan. Sekarang mereka sempurna sudah berdiri menghadap pintu berwarna biru itu.
“Coba bukalah pintu itu.” Bunyi derit terdengar bersamaan dengan Rehan yang memutar tuas dan memberikan dorongan.
“Tidak
semua pintu yang tertutup itu terkunci.” Dari tangan lelaki itu ia menyodorkan
secarik kertas bertuliskan penawaran beasiswa.
0 komentar:
Posting Komentar