Sabtu, 12 Desember 2015

[Perkenalan] Aku Nur Hilal

SEBUAH PERKENALAN

                Nama saya Nur Hilal, kawan-kawanku sering memanggilku dengan Nur atau Hilal. Kadang-kadang mereka seenaknya saja memanggil diriku dengan panggilan Jon. Kalian boleh memanggilku apa saja asalkan itu adalah sebutan yang baik. Kalian boleh memanggilku apa saja asalkan itu bukan menyangkut persoalan fisik. Titik nggak boleh protes.

                Lagian untuk masalah yang bulet ini, lagi sedang diusahakan buat mengurangi isi. Sudah dikurangi porsi makan tiap nangkring di warung banteng dekat rumah. Tapi apa daya, meski porsi setiap makanku sudah kukurangi, namun intensitasnya jadi lebih sering. Aku jadi bingung. Dan aku makan kalau aku bingung.

                Saat ini saya sedang menuntut ilmu di sebuah kota yang ramah penduduknya, tapi semakin panas saja udaranya. Kota pelajar dengan jutaan mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia. Masih terlalu lebar ya? Lebih spesifiknya tinggal di bangunan orange samping sawah. Tepatnya lantai dua di dekat jendela.

                ***

                Pernah nggak membayangkan ada seorang mahasiswa teknik mesin dengan kosa kata yang sering dipakai adalah semerbak wangi dan menanti hujan? Calon engineering yang justru sekarang menyenangi merangkai kata (bukan merangkai mur-baut, poros, nuangin oli, nggeber gas) untuk disampaikan kepada orang. Dia lebih suka untuk bercerita tentang kisah-kisah fiksi buatannya daripada harus dengan detil menjelaskan prinsip hukum termodinamika.

                Pemuda kelahiran pemalang 28 April 1994 ini sekarang merupakan mahasiswa tingkat akhir di jurusannya. Doakan saja tahun depan bisa segera merampungkan KP dan Tugas Akhir untuk ‘pantas’ memakai ‘gaun’ toga wisuda (aamiin). Hobinya adalah makan mie ayam, namun sayang di tanah Yogya, belum ada rasa mie yang mampu menawan hatinya. Dan hal ini pula yang sering membuatnya homesick. Satu karena orang tua, dua karena mie ayam di kampung halaman menurutnya lebih lezat.

                Sangat tidak menyukai apa-apa yang berbau rapat. Seringnya ia hanya menunduk ketika kawan-kawan lain berargumentasi dalam sebuah lingkaran. Bukan karena dia tidak punya ide, tapi duduk dalam lingkaran itu saja sudah membuat dirinya terasa tertindih beban berat di pundak. Tak jarang sehabis rapat ia merasa pusing dan langsung merebahkan badan (ini serius).

                Saking nggak yes banget sama rapat, belum lama ini mentoring KIP (semacam kumpul-kumpul tiap minggu di asrama) memberikan tugas untuk membuat life mapping. Dan kau tahu apa yang dia tuliskan di main goal? Menjadi orang yang paling memberi banyak manfaaat pada orang tanpa rapat dan banyak bicara.

                Mahasiswa Mesin Sastra ini juga memiliki impian lain, yaitu menjadi Ayah Buku. Apa itu Ayah Buku? Intinya Menjadi Penulis – Punya Rumah Baca Kumplit – Dan LSM yang bergerak dalam penyaluran buku ke daerah-daerah tertinggal. Selain itu ia juga mimpi untuk membangun sebuah peternakan yang terinspirasi dari game penggugah semangatnya sampai sekarang, harvest moon. (Tak ada tuh niatan menjadi menteri seperti di video-video tahun lalu).

                Sudah segitu saja ya perkenalan tentang orang yang satu ini. Kan gak enak kalau diceritain semua. Mendingan ketemuin secara langsung.

                Oh iya, orangnya agak pendiam, dan kadang rada terburu-buru juga kalau bicara dengan orang. Soalnya ia grogi-an. Jadi mohon dimaklumi yaa

                Seee yooooou…

Jangan lupa bersyukur ^^
Jangan lupa bahagia ^^

0 komentar:

Posting Komentar