Jumat, 06 November 2015

Surat Untuk Hilal - Malam RK Mencari Bakat

SURAT UNTUK HILAL...

            Hilal, apa kabar?

            Rasanya aneh sekali ya kalau kutanyakan kabarmu. Setelah hari itu aku mulai berpikir untuk mengobrol juga denganmu. Meski tidak lewat lisan, tapi lewat tulisan. Hari itu aku ingin mulai bercerita banyak kepadamu? Kau tidak keberatan bukan?

            Aku mulai tidak tidur di kelas. Maksudku tidak tertidur dalam waktu yang lama ketika ada seseorang penjaga yang berada di depan kelas. Meski masih tetap tertidur di kala UTS tadi pagi, tapi masih lebih baik dari sebelumnya.

            Tempo hari aku belajar motor listrik. Mata kuliah yang gagal di awal pertama kali aku mengambilnya tahun lalu. Belajar selama 3 hari hanya untuk satu matkul. Sayangnya tiga hari selalu tidak bisa kumaksimalkan. Belajar soal-soal yang menerapkan hitungan namun justru soal yang dikeluarkan berkutat pada teori yang perlu dipahami dalam dan dihafal.

            Aku merindukan kau di sini, duduk bersama atau mengutusku untuk membelikan sebuah gorengan “bongkrek”. Kalau kau sekarang di ruangan ini, kau pasti akan terheran karena sekarang aku menyukai menulis. Sangat menyukainya. Ingin ku berbagi banyak kepadamu soal kejadian-kejadian hari kemarin. Kau tak perlu membalas, semoga doa-doa yang kupanjatkan bisa sampai kepadamu.

            Hilal, apa kabar?
            Rasanya aku ingin menanyakan seperti ini berulang kali. Aku tahu sekarang dikau membacanya. Tanpa perlu kau membuka jendela halaman ini. Kau melihatnya bahkan ketika pesan untukmu ini kutulis.

            Berkatmu aku memberanikan diri untuk tampil di depan umum. Sebelumnya mana berani aku menampakkan wajah di depan guratan raut muka para pemimpin muda. Kau yang memaksaku untuk mengikutinya. Lebih tepatnya aku yang memintamu untuk memaksaku.

                Yah itu kedua kalinya aku menyanyikan lagu di depan orang, dan ternyata membuatku malu juga. Melihat penampilan-penampilan peserta lain rasa-rasanya aku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka-mereka yang telah berusaha keras.  Melakukan banyak hal. Yah walau cuma sebuah ajang internal asrama, tapi kelihatannya aku menanggapinya berlebihan ya.

            Banyak penampilan di sana, dimulai dengan sebuah karaoke dari sepasang duo alim Fajar dan Fikri, mereka berdua menyanyikan lagu Alhamdulillah dari opick. Lagu yang sama yang kunyanyikan sewaktu ujian praktik kelas 6 sekolah dasar. Arief menampilkan debus (makan lampu neon) dan yang paling memukau adalah penampilan tim Reza. Dia menampilkan sebuah teater dengan tokoh utama bernama Naka. Dibalut dengan kejenakaan dirinya, ke”bengisan” suara dodik, dan kejaiman aqmal rasa-rasanya memang kamar ini kamar yang istimewa. Penampilan mereka ditutup dengan pembacaan sebuah puisi oleh Master baca puisi.

            Lalu apa yang pecinta kucing tampilkan? Jangan ditanya. Kami menampilkan sesuatu yang berbeda juga, diawali dengan sebuah sajak yang dibuat langsung di tempat oleh hilya dan zahana. Bercerita tentang seseorang yang ingin menjadi orang  lain karena kehebatan-kehebatannya. Cerita tersebut menjadi pembuka dalam penampilan “genjrengan” lagu berjudul kun Anta.

            Lagu ini baru kudengar pas training jurnalistik, dan keputusan membawakan lagu ini baru sore pas hari H. Maka jadilah aku kesulitan.

            “Tapi, di malam itu aku tidak tahu apakah bagus tidaknya penampilan kami. Yang jelas aku berbahagia”

            “Thanks to Pecinta Kucing”
           
*Yogyakarta, 13 Oktober 2015

Sebuah halaman dengan pemandangan sawah di malam hari

0 komentar:

Posting Komentar