Tepat setahun lalu (kalau dari grup whatsapp kemarin,
28 November 2014. Kalau dari PDKT 30 November 2014) aku bertemu orang-orang itu.
Orang-orang yang sampai sekarang kukenang. Dan aku tidak tahu kenapa aku
mengenangnya hingga hari ini. Biasanya orang datang dan pergi begitu saja, dia
hanya lewat di hadapanku untuk kemudian pergi, say good bye dan tak pernah membalikkan badan.
Hari
ini aku mengenang mereka, orang-orang istimewa. (duh aku bingung ngomongnya)
Dimulai
dengan pertemuan hari itu saja ya. Nah, sekitar tiga ratus enam puluhan hari
yang lalu. Ada pengumpulan para kader kader FLP baru yang masih unyu-unyu
umurnya di FLP. Secara ini perkumpulan pertama mereka-mereka ya, dan sekarang
baru tahu bahwa balairung selatan merupakan spot paling sering digunakan untuk
kumpul-kumpul forum kepenulisan ini.
Semua
dari kita dikumpulkan dan sekaligus dimasukkan dalam kelompok-kelompok lebih
kecil. Dan kami anak hamka (dulu namanya kelompok dua) kumpul di atas rumput
depan rektorat, duduk melingkar. Di hari itu aku melihat wajah-wajah itu
pertama kali.
Yang
pertama, so pasti pemandu kita. Alfina Azzahra. Beliau adalah seorang lulusan
dari TP UGM angkatan 2010. Ngomong-ngomong dulu aku merasa mpok pine ini
bakalan jadi pemuda yang (yah gitulah). Soalnya pemandu paling rame di antara
pemandu yang lain. Dan btw, kerameannya ini juga yang memberikan kedekatan kami
anak-anak hamka sampai hari ini. Nah nama HAMKA ini juga yang mengusulkan
beliau. Singkatan dari Hanya Mengarap Ridho Allah Semata (tidak tahu “K”
darimana). Dan kami semua suka akan nama itu.
Tyani,
mahasiswa Kedokteran yang merasa salah jurusan. Tapi jangan ditanya kenapa.
Karena dia juga tidak akan memberitahu. Palingan akan mengeluarkan statement “kan jangan ditanya kenapa”. Nah dia ini adalah FLP angkatan XV
(waktu itu jatahnya XVI). Dia juga menarik, sebagai pencetak nametag pertama yang benar-benar dihias.
Jauh lebih menarik daripada kelompok lain. Seorang yang hmm, kadang keliatan
serius sekali, tapi lebih sering untuk cerita banyak perihal pengalamannya. Kau
bisa cerita-cerita banyak dengan dirinya. Bahkan menurutku kadang dia lebih
cocok jadi seorang psikolog daripada seorang dokter (bercanda yaa). Saking
menariknya orang ini, nanti akan kubahas dalam tulisan tersendiri.
Nah,
perempuan ketiga dalam keluarga kami adalah Mba Ines (urutan yang kubuat
berdasarkan umur angkatan ya, kemudian umur dalam artian sebenarnya :p). Beliau
adalah satu-satunya yang berbeda dalam lingkaran hamka ini. Kalian tahu kenapa?
Kalau kami semua masih ganjil. Beliau sudah genap saat kami semua pertama
berkumpul. Dan nyaris saja dia bakalan jadi ketua angkatan FLP XVI kalau saja
tidak menghajar dwis riyuka (bukan anak hamka, kata temen FLP dulu cocok
dipanggil Jeng :p ). Mba ines ini tepat hari kemarin wisuda Pendidikan Kimia
Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa kali kami ingin mampir ke rumah mba Ines,
namun yang selalu kesampaian tyani lagi, tyani lagi. Next time kudu konkrit ya
mba ke rumah Mba, seminimal minimalnya lima bulan lagi (hayoooo lima bulan lagi
ada apa ya).
Rezha
Aditya Maulana Budiman. Salah satu dari ketiga laki-laki di anak hamka. Mas Eja
panggilan sapaannya ini juga punya nama pena yang unik. Ibdu Budiman. Sebagai
salah satu sesepuh di kampus, beliau menjadi anggota yang tanpa kebanyakan
wacana mengajak kami anak hamka pergi ke parangtritis. Kemarin mengajak,
besoknya langsung berangkat. Menikmati senja dengan gaya khas anak-anak senja.
Mas Eja dulu juga salah satu vocal dalam penampilan anak hamka di panggung
musikalisasi puisi waktu PDKT. Jika kau mengenalnya, pokoknya beliau orang yang
baik hati dan tidak sombong. Oh ya, Mas Eja ini juga jago desain dan mantan
presiden lho (hayooo presiden apa?)
Orang
keempat adalah salah satu dari adik bocil di keluarga ini. Ketika kami masuk,
dia baru maba dari keperawatan fakultas kedokteran. Tapi jangan salah, Atikah
Syakira ini menjadi artis utama dalam penampilan anak hamka sore itu.
Menggabungkan antara puisi dari helvy tiana rosa dan music dari 1 litre of tears
menjadikan satu seni sendiri yang kala itu membuat kami nyaman untuk
menampilkannya di depan umum. “Telah kutuliskan
puisi-puisi itu, sejak usiamu dua puluh enam tahun”. Tika ini mempunyai “kekuatan”
yang sama dengan Bang Ejak. Sama-sama pandai mengajak orang untuk kumpul. Dan sekarang dia masuk dalam rumah bidadari
bidadari surga :D
Kawan
Tika yang bocil juga ada lho. Palupi Lestari namanya. Dia akrab dengan
dipanggil Upi. Keluarga kami yang satu ini orangnya lucu, apalagi ketika ditanya
Mba Yova (Sesepuh FLP) di Empatik 2 kemarin. Unik pokoknya. Kemana-mana Upi ini
hobinya nentengin kamera. Jadi jika anak hamka ingin narsis-narsisan, upi siap
memfalitisi. (maaf ya Pi :p)
Yang
tak kalah narsis namun tetap eksis, Rena namanya. Mba Rena ini sekarang menjadi
mahasiswa UIN SUKA sekaligus santri ponpes wahid hasyim seturan. Dia jago membaca
puisi sampai-sampai pernah tampil di depan ketua pengurus FLP Pusat, Sinta
Yudisia. Membawakan puisi berjudul lilin-lilin terkasih di kala musywil FLP di
KPFT. Kemarin-kemarin baru selesai KKN dan dengan kesibukan lain perihal
organisasi-organisasi di kampusnya.
Janjinya si bulan desember depan mau ngerampungin tulisan anak senja
(hayooo ntar tak tagih lho).
Kalau
Tika dan Upi merupakan anak kembar di hamka. Aku juga punya saudara kembar di
sini. Pipit. (jangan pernah ditanya kembarnya dalam hal apa). Biologi 2012 menjadi
pilihannya dalam seleksi masuk universitas gadjah Mada. Pipit ini begitu aktif
di ranah media kampus. Kalau kau bingung perihal mading, artikel, sampai
karikatur. Pipit akan bersedia dengan senang hati.
Pipit,
hamka di sini merindukanmu lho. Yuk kumpul lagi.
Dian
dan Andwi. Dua saudara hamka yang sampai sekarang belum pernah berjumpa. Kalau
kalian tidak datang karena merasa enak tidak pernah muncul di depan kami,
kalian salah. Kami justru sampai saat ini menunggu kemunculan kalian. Menantikan
kalian.
Ayok
kumpul lagiiiii…..
***
Tadinya
mau cerita setahun lalu namun jadi
kemana-mana ya.
***
Setiap
orang di dunia ini dalam hidup pasti mencari ketenangan dan kebahagiaan.
Ada
yang bahagia dengan turun ke jalan
Ada
yang bahagia kalau menjadi presiden
Ada
yang bahagia kalau telah menikmati fasilitas-fasilitas yang ada
Dan diriku bahagia karena telah
bertemu kalian
Anak-Anak
Hamka
Yogyakarta,
UNY – MK Café
Setahun
HAMKA
Lahirnya
Anak Senja
0 komentar:
Posting Komentar