Sabtu, 28 November 2015

Setahun HAMKA



                Tepat setahun lalu (kalau dari grup whatsapp kemarin, 28 November 2014. Kalau dari PDKT 30 November 2014) aku bertemu orang-orang itu. Orang-orang yang sampai sekarang kukenang. Dan aku tidak tahu kenapa aku mengenangnya hingga hari ini. Biasanya orang datang dan pergi begitu saja, dia hanya lewat di hadapanku untuk kemudian pergi, say good bye dan tak pernah  membalikkan badan.

                Hari ini aku mengenang mereka, orang-orang istimewa. (duh aku bingung ngomongnya)

                Dimulai dengan pertemuan hari itu saja ya. Nah, sekitar tiga ratus enam puluhan hari yang lalu. Ada pengumpulan para kader kader FLP baru yang masih unyu-unyu umurnya di FLP. Secara ini perkumpulan pertama mereka-mereka ya, dan sekarang baru tahu bahwa balairung selatan merupakan spot paling sering digunakan untuk kumpul-kumpul forum kepenulisan ini.

                Semua dari kita dikumpulkan dan sekaligus dimasukkan dalam kelompok-kelompok lebih kecil. Dan kami anak hamka (dulu namanya kelompok dua) kumpul di atas rumput depan rektorat, duduk melingkar. Di hari itu aku melihat wajah-wajah itu pertama kali.

                Yang pertama, so pasti pemandu kita. Alfina Azzahra. Beliau adalah seorang lulusan dari TP UGM angkatan 2010. Ngomong-ngomong dulu aku merasa mpok pine ini bakalan jadi pemuda yang (yah gitulah). Soalnya pemandu paling rame di antara pemandu yang lain. Dan btw, kerameannya ini juga yang memberikan kedekatan kami anak-anak hamka sampai hari ini. Nah nama HAMKA ini juga yang mengusulkan beliau. Singkatan dari Hanya Mengarap Ridho Allah Semata (tidak tahu “K” darimana). Dan kami semua suka akan nama itu.

                Tyani, mahasiswa Kedokteran yang merasa salah jurusan. Tapi jangan ditanya kenapa. Karena dia juga tidak akan memberitahu. Palingan akan mengeluarkan statement “kan jangan ditanya  kenapa”. Nah dia ini adalah FLP angkatan XV (waktu itu jatahnya XVI). Dia juga menarik, sebagai pencetak nametag pertama yang benar-benar dihias. Jauh lebih menarik daripada kelompok lain. Seorang yang hmm, kadang keliatan serius sekali, tapi lebih sering untuk cerita banyak perihal pengalamannya. Kau bisa cerita-cerita banyak dengan dirinya. Bahkan menurutku kadang dia lebih cocok jadi seorang psikolog daripada seorang dokter (bercanda yaa). Saking menariknya orang ini, nanti akan kubahas dalam tulisan tersendiri.

                Nah, perempuan ketiga dalam keluarga kami adalah Mba Ines (urutan yang kubuat berdasarkan umur angkatan ya, kemudian umur dalam artian sebenarnya :p). Beliau adalah satu-satunya yang berbeda dalam lingkaran hamka ini. Kalian tahu kenapa? Kalau kami semua masih ganjil. Beliau sudah genap saat kami semua pertama berkumpul. Dan nyaris saja dia bakalan jadi ketua angkatan FLP XVI kalau saja tidak menghajar dwis riyuka (bukan anak hamka, kata temen FLP dulu cocok dipanggil Jeng :p ). Mba ines ini tepat hari kemarin wisuda Pendidikan Kimia Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa kali kami ingin mampir ke rumah mba Ines, namun yang selalu kesampaian tyani lagi, tyani lagi. Next time kudu konkrit ya mba ke rumah Mba, seminimal minimalnya lima bulan lagi (hayoooo lima bulan lagi ada apa ya).

                Rezha Aditya Maulana Budiman. Salah satu dari ketiga laki-laki di anak hamka. Mas Eja panggilan sapaannya ini juga punya nama pena yang unik. Ibdu Budiman. Sebagai salah satu sesepuh di kampus, beliau menjadi anggota yang tanpa kebanyakan wacana mengajak kami anak hamka pergi ke parangtritis. Kemarin mengajak, besoknya langsung berangkat. Menikmati senja dengan gaya khas anak-anak senja. Mas Eja dulu juga salah satu vocal dalam penampilan anak hamka di panggung musikalisasi puisi waktu PDKT. Jika kau mengenalnya, pokoknya beliau orang yang baik hati dan tidak sombong. Oh ya, Mas Eja ini juga jago desain dan mantan presiden lho (hayooo presiden apa?)

                Orang keempat adalah salah satu dari adik bocil di keluarga ini. Ketika kami masuk, dia baru maba dari keperawatan fakultas kedokteran. Tapi jangan salah, Atikah Syakira ini menjadi artis utama dalam penampilan anak hamka sore itu. Menggabungkan antara puisi dari helvy tiana rosa dan music dari 1 litre of tears menjadikan satu seni sendiri yang kala itu membuat kami nyaman untuk menampilkannya di depan umum. “Telah kutuliskan  puisi-puisi itu, sejak usiamu dua puluh enam tahun”. Tika ini mempunyai “kekuatan” yang sama dengan Bang Ejak. Sama-sama pandai mengajak orang untuk kumpul.  Dan sekarang dia masuk dalam rumah bidadari bidadari surga :D

                Kawan Tika yang bocil juga ada lho. Palupi Lestari namanya. Dia akrab dengan dipanggil Upi. Keluarga kami yang satu ini orangnya lucu, apalagi ketika ditanya Mba Yova (Sesepuh FLP) di Empatik 2 kemarin. Unik pokoknya. Kemana-mana Upi ini hobinya nentengin kamera. Jadi jika anak hamka ingin narsis-narsisan, upi siap memfalitisi. (maaf ya Pi :p)

                Yang tak kalah narsis namun tetap eksis, Rena namanya. Mba Rena ini sekarang menjadi mahasiswa UIN SUKA sekaligus santri ponpes wahid hasyim seturan. Dia jago membaca puisi sampai-sampai pernah tampil di depan ketua pengurus FLP Pusat, Sinta Yudisia. Membawakan puisi berjudul lilin-lilin terkasih di kala musywil FLP di KPFT. Kemarin-kemarin baru selesai KKN dan dengan kesibukan lain perihal organisasi-organisasi di kampusnya.  Janjinya si bulan desember depan mau ngerampungin tulisan anak senja (hayooo ntar tak tagih lho).

                Kalau Tika dan Upi merupakan anak kembar di hamka. Aku juga punya saudara kembar di sini. Pipit. (jangan pernah ditanya kembarnya dalam hal apa). Biologi 2012 menjadi pilihannya dalam seleksi masuk universitas gadjah Mada. Pipit ini begitu aktif di ranah media kampus. Kalau kau bingung perihal mading, artikel, sampai karikatur. Pipit akan bersedia dengan senang hati.

                Pipit, hamka di sini merindukanmu lho. Yuk kumpul lagi.

                Dian dan Andwi. Dua saudara hamka yang sampai sekarang belum pernah berjumpa. Kalau kalian tidak datang karena merasa enak tidak pernah muncul di depan kami, kalian salah. Kami justru sampai saat ini menunggu kemunculan kalian. Menantikan kalian.

                Ayok kumpul  lagiiiii…..

                ***

                Tadinya mau cerita setahun lalu namun jadi  kemana-mana ya.

                ***
                Setiap orang di dunia ini dalam hidup pasti mencari ketenangan dan kebahagiaan.
                Ada yang bahagia dengan turun ke jalan
                Ada yang bahagia kalau menjadi presiden
                Ada yang bahagia kalau telah menikmati fasilitas-fasilitas yang ada
               
Dan diriku bahagia karena telah bertemu kalian
                Anak-Anak Hamka




Yogyakarta, UNY – MK Café
Setahun HAMKA
Lahirnya Anak Senja



               



0 komentar:

Posting Komentar