SURAT UNTUK HILAL
Hilal, apa kabar?
Rasanya aneh sekali ya kalau
kutanyakan kabarmu. Setelah hari itu aku mulai berpikir untuk mengobrol juga
denganmu. Meski tidak lewat lisan, tapi lewat tulisan. Hari itu aku ingin mulai
bercerita banyak kepadamu? Kau tidak keberatan bukan?
Oh ya, malam itu aku datang ke
sebuah gedung besar di kampusku. Bisa dibilang si gedung pusat dari kampus
bernama Universitas Gadjah Mada. Gedung Grha Sabha Pramana. Untuk apa aku
bercerita tentang ini. Gedung ini megah? Sudah banyak yang bilang begitu. Jadi
tak perlu kujelaskan padamu kan, Hil?
Aku ingin bercerita kepadamu tentang
sore itu.
***
Pemuda itu datang. Ia telah berlari
dari kedai sup buah di tepi jalan. Maksudku berlarinya dari parkiran, kalau
dari tempat itu si ia memacu kencang tunggangan warna hitam miliknya.
Waktu telah menunjukan pukul
setengah lima lebih 5 menit. Pemuda itu mengirinya dirinya telat. Ternyata dia
memang telat. Sayangnya, yang terlihat dari pemuda itu hanyalah segelintir
orang. Beberepa laki-laki di sebelah kanan dan terdapat seorang perempuan yang
duduk di sisi yang lain.
Sosok yang ia kenal. Seorang yang
ingin sekali pemuda itu tanyai banyak hal. Cerita perjalanan ke luar negerinya.
Materi dari agenda yang tak bisa pemuda itu datangi sedangkan perempuan itu datang.
Apakah pemuda itu dengan mudah
bertanya, Hil? Tidak. Harus berpikir berulang kali bagaimana caranya ia bisa
bertanya. Konyol, hil? Iya. Pemuda itu juga tidak tahu mengapa hanya untuk
bertegur sapa dan bertanya kabar ia mengeluarkan keringat dingin. Masih butuh
bagaimana berinteraksi dengan orang.
Pemuda itu mendekat. Menyilakan kedua
tangan di atas meja. Menyandarkan dagu di atasnya.
“Bagaimana tugas bulananmu?”
Pertanyaan itu melayang tapi salah
sasaran. Ia keluar dari kerongkongan, tapi arahnya tidak tertuju ke dirinya. Malahan
justru ke orang di depannya. Itu pun diucapkan dengan intonasi tidak jelas.
***
Bagaimana pendapatmu mengenai cerita
fiktif itu? Bagus penulisannya? Sudah improve kah pembelajaran dalam merangkai
kata? Oh ya, yang paling penting bagaimana harusnya yang pemuda itu lakukan.
Pernah tidak Hilal komunikasi dengan
orang lain via chat? Kau bisa akrab dengan orang lain namun ketika kau bertemu
orangnya secara langsung kau hanya membisu. Seperti dua orang asing yang
terpaksa bertemu. Hening. Kaku.
Aku lupa, dulu kau tidak memakai itu
ya, Hil? Makanya kau begitu dikenal oleh kawan-kawanmu karena kau begitu menyukai
yang namanya perjumpaan. Kau begitu menghargai sebuah senyum dari obrolan.
Oh iya, yang disini
sedang merenung. Hilal disana sedang apa ya?
0 komentar:
Posting Komentar