Buru-buru kami menuju Stasiun Lempuyangan.
Kloter pagi yang ketinggalan kereta membuat kami bertekad untuk tidak
mengulangi kejadian yang sama.
Jendela
dan kereta.
Malam
itu perjalanan menuju Kota Pahlawan dimulai. Mengendarai (lebih tepatnya
menumpang) ular besi di atas rel. Berharap di sana bertemu saudara-saudara
seperrjuangan.
Untuk
kedua kalinya melakukan perjalanan dengan kereta. Hanya saja sekarang lebih
ramai dibanding yang pertama. Tanpa Rifan dan Fajar. Dulu untuk PIMNAS. Malam
itu untuk Latihan
Gabungan Timur.
Gabungan Timur.
Tulisan
ini dibuat dengan kepala terasa bebal. Tak tahu apa yang ingin kusampaikan.
Tapi bukankah aku memang tidak berkewajiban untuk menyampaikan sebaik mungkin,
seindah-indahnya cerita. Maka itu artinya tak ada yang salah dengan diriku yang
bercerita hanya bercerita. Menulis, menulis saja.
Pemandangan
gelap tampak dari jendela kereta dengan laju sekitaran 60 – 80 km/jam.
Langitnya gelap, namun yang kadang dibawahnya dipenuhi lampu-lampu jalanan
kota. Terkadang gelap hanya gelap karena kereta melintasi daerah persawahan
ditemani bintik bintik cahaya bintang.
Seringnya
disuguhkan pemandangan rumah-rumah berderetan. Pos ronda dengan beberapa bapak
yang tengah asik mengamati permainan catur kawan-kawannya. Tak jarang juga
kereta beradu balap dengan kendaraan lain. (Hanya merasa).
Semua
pemandangan itu hanya sebentar. Silih berganti. Tak bisa ku melihat sawah dan
bintang terus menerus. Karena kadang kereta juga melewati deretan rmah, pasar
maupun jalan raya.
Hanya
satu hal yang pasti kulihat ketika menatap dari jendela kereta malam.
Pemandangan itu adalah diriku sendiri yang menetap ke jendela kami saling
pandang. Aku bahkan hendak menyapanya, Diriku di balik jendela. Mungkin kau
akan menganggap ku gila. Aku tak mengapa, mungkin saja aku sudah gila sejak
dari awal.
Di
sana terlihat seseorang yang menemani diriku di balik jendela. Meski tak ada
orang lain di samping bangkuku.
Diriku
di sana yang tersenyum bahagia.
Lempuyangan Yogya– Gebung Surabaya ,13
November 2015
Kereta Gaya Baru Malam
Aku Jendela dan Kau di balik Jendela
0 komentar:
Posting Komentar