6 Januari 2015
“Kenapa kau nampak sedih?”
“Heh?”
“Iya,
sangat jelas terlihat kau sedang sedih”
“Karena
kalau kau tak menulis, aku tak tahu lagi siapa lagi yang harus kukejar.”
***
Aku
adalah seekor katak dalam lingkaran gelap nan dalam. Di sini begitu lembab dan
dingin. Lumut-lumut hampir menutupi seluruh pembatas yang ada di sekelilingku.
Aku tak tahu benar warna lumut karena di sini begitu gelap. Yang kutahu ia
begitu licin. Hanya itu yang kutahu tentang lumut.
Di
sini begitu gelap, sampai aku tidak bisa melihat kaki-kakiku sendiri dengan
mata kecil ini. Hanya bisa merasakan bahwa dia ada. Hanya bisa mempercayainya.
Aku melihat warna lain di atas sana. Berbentuk seperti lingkaran. Kadang
berwarna biru, kadang menguning dan tak jarang berwarna hitam dengan putih yang
berkelap-kelip.
Aku
sempat mengira dunia itu hanya sebatas lingkaran hitam ini. Lingkaran yang
dibatasi dinding-dinding lumut.
Sampai
suatu ketika, dari lingkaran yang berwarna biru itu melihat sesuatu yang
melintas. Dia kecil dan memiliki sesuatu yang bisa dibentangkan dengan lebar.
Dibentangkan lalu digerakkan ke atas dan ke bawah. Itu sayap. Dan mereka
berjumlah banyak sekali. Bercicit-cicit saling bersahutan.
“Masih
ada dunia lain di luar sana.”
“Katak
dalam sumur serpertiku tak akan pernah tahu betapa luasnya langit membentang.
Terima kasih pipit, berkatmu melintas di atasku, aku sekarang ingin terbang.”
0 komentar:
Posting Komentar