Selasa, 26 Januari 2016

Dilihat Orang



                Dalam suatu tatanan masyarakat yang baru dimana kadang para monster menyerang, maka dikenallah istilah Pahlawan (Hero). Yaitu orang-orang yang berusaha untuk mengalahkannya, menyelesaikan setiap ancaman-ancaman yang melanda di kota-kota.

                Begitu tertariknya masyarakat akan sosok pahlawan, maka di kota-kota tersebut muncullah industri yang mereka sebut Asosiasi Pahlawan. Tak peduli jikalau kau begitu kuat dan menumpas seluruh kejahatan di muka bumi, jika kau tidak terdaftar dalam Asosiasi Pahlawan ini kau hanya akan dianggap sebagai orang aneh. Setiap hero memiliki kelas dan tingkatan masing-masing. Kelas terbawah adalah kelas C dan yang menduduki posisi puncak adalah kelas S. Setiap aksi kepahlawanan akan menaikkan peringkat ke”hero”annya. Setiap ketenaran dan semakin dikenal masyarakat dapat memuluskan untuk naik ke kelas di atasnya.
                ***

                Semua hero tak berdaya menghadapi monster Raja Lautan Dalam. Mereka semua dibuat terkapar. Tidak hanya pahlawan-pahlawan kelas teri yang tak mampu menandingi kekuatan monster berlevel iblis ini, bahkan pahlawan kelas S dibuat tak sadarkan diri lantaran pukulan beruntun yang dilayangkan telak kepadanya.

                Genos pun mempunyai nasib yang berbeda dari pahlawan. Meski di awal pertarungan terlihat unggul, namun karena lengah, lengan cyborgnya berhasil diputus oleh sang monster. Di samping itu, tubuhnya meleleh tak berkulit akibat menerima secara langsung ludah asam yang dikeluarkan monster untuk seorang anak kecil.

                “Harusnya jika kau sendiri, pasti dapat menghindar dari ludah asam itu dengan mudah. Tapi kau lebih memilih untuk mengorbankan dirimu sendiri.”

                Genos terbaring lemah dengan posisi tengkurap. Sudah tak ada lagi tenaga tersisa. Maka di saat itulah gurunya datang. Seorang pahlawan kelas C bernama Saitama.

                Monster itu hancur hanya sekali pukul.
                “Hebat!” para penduduk bersorak.
                “Dia kuat sekali!” seru penduduk lain.

                “Apa iya? Bukankah monsternya saja yang tidak begitu kuat?” ucap seorang dengan kemeja berwarna hijau kotak-kotak dengan nada meremehkan.

                “Tidak mungkin, lihat saja para pahlawan ditumbangkan oleh monster itu.”
                “Itu artinya para pahlawannya saja yang lemah.”
                “Apa iya?”

                “Dan juga, monster itu dihabisi dengan sekali pukul oleh pahlawan kelas C! Apa sebutan para pahlawan yang dikalahkan monster itu? Ya mereka mungkin adalah pahlawan kelas A atau kelas S, tapi itu sama sekali tidak berarti apa apa.”

                “Oi. Hentikanlah. Mereka sudah mempertaruhkan nyawanya untuk kita.”

                “Kalau cuma mempertaruhkan nyawa semua orang bisa melakukannya. Karena memang sewajarnya itu pekerjaan mereka. Namun ini terasa menyebalkan karena kita berusaha diselamatkan oleh pahlawan yang biasa-biasa saja. Kalau kau ingin menyebut dirimu sebagai pahlawan. Lagipula orang botak itulah yang mengatasi semuanya sendirian. Itu membuat para pahlawan lain bertarung sia-sia. Yang lain bilang larilah selamatkan diri kalian, namun akhirnya mereka tetap saja kalah oleh para monster.”

                Tetiba suara tawa terbahak-bahak terdengar dari pahlawan kelas C botak itu.

                “Hari ini adalah hari keberuntunganku. Para pahlawan lain berhasil membuat monster ini kelelahan, jadi aku bisa mengalahkannya dengan mudah.”
                Genos tercengang.

                “Untungnya aku datang terlambat. Sebenarnya aku hampir tidak melakukan apapun, tapi malah aku yang dipuji.”
                Saitama berhenti sejenak.

                “Kalian semua sebarkanlah tentang hal ini. Akulah orang yang menghabisi monster ini! Kalau ada yang bilang ini semua hanya karena “aku datang terlambat”, gua hajar lu semua.”
                Semua penduduk jadi terdiam dengan perkataan Saitama barusan.

                “Tunggu dulu! Itu adalah Saitama. Dia adalah pahlawan yang diduga melakukan kecurangan. Dia muncul entah darimana dan peringkatnya naik dengan sangat cepat.”

                “Hei kalian yang di sana. Tolong rawat para pahlawan yang tumbang, ya? Kalau mereka mati, aku nggak bisa numpang terkenal di misi mereka.”

                “Oi, jadi si Saitama hanya menumpang terkenal saja? Dibandingkan dengannya, para pahlawan lain jauh lebih hebat. Apa yang akan terjadi pada kami kalau pahlawan-pahlawan ini tidak bertarung?”

                “Ya, aku sangat berterima kasih pada mereka,” penduduk yang lain menimpali.

                Genos terlihat menahan “amarah”. Tak menyangka gurunya akan melakukan hal seperti itu. Mengatakan sesuatu yang justru membuat dirinya nampak jelek di masyarakat demi melindungi nama baik pahlawan-pahlawan lain.
                *****


                Dia tidak hanya orang yang tidak terlihat, tapi merelakan dirinya terlihat sebagai orang jahat agar melindungi orang-orang baik yang tengah berjuang agar tidak diremehkan.          

0 komentar:

Posting Komentar