Ternyata jadi orang jawa
yang nggak bisa ngomong krama alus itu susah. Kalau ngomong inggris dibilang
keminggris. Kalau ngomong indonesia dibilang kemindon? Kalau pake bahasa ngoko
dibilang nggak sopan, hiks hiks. Padahal semasa sekolah, ada mata pelajarannya,
seminggu sekali dan selama 9 tahun, dan entah kenapa tetap level krama alus ku
begitu-begitu saja. Hanya sebatas tahu, tapi nggak mahir menggunakannya.
“Kowe gelem karo wong
sing boso karo wongtuo ae raiso?”
Aduh, bayangin balon
yang menggelembung besar, terus tiba tiba ujung balonnya dibuka lebar, langsung
ciut dan kempes. Persis seperti itu rasanya pas baca sepenggal kalimat tadi.
Ternyata jadi orang jawa
yang nggak bisa ngomong krama alus itu susah. Jadi nyesel kenapa dulu tidak
belajar serius dan tidak serius pula untuk sering-sering menggunakan. Terlalu
terbiasa menggunakan ngoko, jadi ngomong ngoko seperti ringan saja tanpa ada
berpikiran “sopan nggak ya?”. Hiks hiks. Aku bahkan nggak ingat sih, kepada
siapa aku bicara ngoko, dan kepada siapa aku pakai bahasa indonesia.
Kalau tak pikir-pikir,
agak susah sih ya. Karena krama alus itu hanya sering kudengar ketika di acara
formal. Kebayang nggak, dalam hidup lebih banyak formalnya atau lebih banyak
tidak formalnya? Ditambah lagi karena krama alus adalah bentuk bahasa
penghormatan, kita yang muda harus berkrama alus dengan yang tua, sedangkan
yang tua bisa ngoko dengan kita yang muda. Dilihat dari probabilitasnya (hilih
nyebut istilah apalagi ini) kita yang muda jadi jarang mendengarnya kan ya?
Jarang mendengar untuk dijadikan contoh dan pembiasaan, ditambah kalau sesama
teman sepantaran, ngoko an bebas.
Orang jawa itu hobinya
mbatin. Sepertinya memang gitu sih. Dan jadi dimunculkan pikiran bahwa
barangkali setelah mendengar diriku yang tidak bisa berbahasa krama alus dan
tanpa sadar ngoko-an, batin mereka bisa berucap.
“Ini anak tidak sopan ya
kepadaku”
Ada nggak sih, sebuah
teknologi gitu, yang bisa mengantarkan apa yang di pikiran dan di hati langsung
menuju ke pikiran dan hati orang yang dituju dan bisa saling paham. Telepati
gitu. Kita bisa mengerti maksud seseorang tanpa keluarnya suara dari
kerongkongan? Semacam kita tidak perlu kebingungan harusnya ngomong ini lebih
baik daripada itu. Harusnya pakai kata ini lebih halus daripada kata itu atau
semacamya.
Tidak selesai dengan
kata-kata, ditambah lagi ada bahasa gesture atau mimik wajah dan bahasa kalbu.
Toloooooooooong.
0 komentar:
Posting Komentar