21 Maret 2016
Grahatama
Pustaka
Pernah nggak berpikir, kenapa tidak sedikit
orang yang merasa kesulitan dengan tugas akhir masa perkuliahan ini. Aku
sendiri juga agak terheran-heran waktu itu, lha wong Cuma semacam nulis
penelitian kan ya, dari mana susahnya?
“Padaha
Cuma….”
Kalimat
itu terhenti ketika aku mencob mengingat apa yang kupikirkan dulu di masa
kuliah-kuliah awal. Ya terhenti karena sekarang akulah yang berada di masa pengerjaan
skripsi dan kuakui terdapat beberapa kesulitan.
Aku
juga pernah bertanya kepada seseorang, kenapa si sebuah skripsi bisa dikerjakan
begitu cepat di tangan orang lain, tapi di waktu yang sama bisa begitu lama di
tangan yang berbeda. Jawaban beliau sederhana saja.
“Bagi
mereka yang cepat, itu karena mereka segera mengerjakannya, dan bagi mereka
yang lambat itu karena mereka tidak pernah memulai mengerjakannya.”
Klasik
sekali kan? Mana bisa seorang irkham maulana menerima penjelasan seperti itu? Karena
tidak puas, aku bertanya memburu, berharap mendapat jawaban lebih.
“Mungkin
jawaban yang paling masuk akal bagimu adalah karena mereka merasa masih ada
hari esok. Merasa bahwa mereka memiliki waktu untuk mengerjakannya kemudian
hari. Menunda untuk memulai, hingga tanpa terasa satu semester sudah berlalu
begitu saja tanpa ada bab yang berhasil ditulis. Penundaan kelulusan berawal
dari penundaan kita dalam memulai sesuatu.”
Aku
cuma manggut-manggut.
“Ketika
kau berbicara akan mengerjakannya besok. Di besoknya pun kau akan mengatakan
hal yang sama. Ini serius bukan mengada-ngada, sebuah penundaan akan beranak
pinak, menggerogoti hal-hal terpenting dalam hidup kita.”
“Iya
si, dengan menunda kita berasa berkuasa, seolah menjadi raja karena bisa
melakukan sesuai kehendak, tapi ya itu, raja hanya dipikiran kata, nyatanya
kita menjadi budak tak berdaya tanpa kita sadari.
“Hari
ini cukup itu dulu ya, nanti kalau aku mengajarkan kau banyak malah nggak masuk
satu pun. Daripada dengerin ngomong gini, mending langsung gih kham kau buka
jurnal, buka laptop, dan langsung mulai tulis bab satu dulu. Pendahuluan.”
0 komentar:
Posting Komentar