Rabu, 02 Maret 2016

Hadiah Ulang Tahun


3 Maret 2016

                Lana memandang kalender di meja kamar, mengamati barangkali ada tanggal-tanggal khusus yang ia tandai, barangkali ada hari hari yang begitu spesial di antara tiap harinya spesialnya. Hari ini, di tanggal ini, angka yang tertera dikelilingi lingkaran merah.  
                ***

                “Kakak lihat pas siang tadi kau begitu riang, kok tiba-tiba malam-malam gini kau murung Na? Duduk sendirian di teras rumah, mirip orang kesambet aja.”

                Gadis kecil itu hanya menoleh, dari sudut matanya bulir-bulir air mulai menetes.

                “Lho kok malah nangis?”
                “Kak…”
                ***

                Hari ini ulang tahun Rehan. Lana telah berkeliling pasar untuk mencari hadiah terbaik ulang tahun kakaknya. Begitu lama dan semangat gadis itu mencari. Dari satu toko, ia hinggap ke toko lain. Pilah ini-pilah yang lain. Sampai tak terasa hari telah menjelang sore.

                “Ini aja bagus. Bu, ini berapa harganya ya?”
                Penjual itu menyebutkan harga.

                Gadis kecil itu justru sibuk merogoh ransel kecil miliknya. Mencari ke semua sudut tas. Berpindah dari resleting satu, ke resleting yang lain. Ia bahkan menumpahkan seluruh isi tas untuk memastikan keberadaan barang yang ia cari. Dompet kesayangannya.

                Wajahnya sudah terlihat gusar, ia panik dan meminta maaf kepada penjaga toko. Lana lupa membawa dompet ketika berangkat tadi.
                ***

                “Maafkan Lana, Kak. Lana tidak bisa memberi sesuatu yang spesial di ulang tahun kakak.”
                “Heh? Hari ini hari ulang tahunku po?” Rehan justru menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal. Ia tertawa karena dirinya sendiri bahkan lupa tanggal berapa ia lahir ke dunia.

                “Sudah-sudah, Lana berhenti nangisnya ya.”
                “Tapi kan…”
                “Kau tahu, Lana sudah memberikan hadiah spesial, tidak hanya ketika hari ulang tahun kakak saja malahan, tapi tiap hari.”

                Sekarang, justru raut wajah Lana yang tampak bingung menanggapi omongan Rehan barusan.

                “Lana jadi anak yang baik, rajin mengaji, dan selalu menemani Kak Rehan pun jadi kado yang jauh lebih spesial daripada barang-barang mahal. Hayok kak Rehan gendong.”

                “Mau kemana?”
                “Kita beli es dundung, mau?”

                Tangan yang Rehan sodorkan, mendapatkan sambutan cepat dari Lana.
                

0 komentar:

Posting Komentar