23 Maret 2016
“Kau siapa?” tanya seseorang kepada lelaki yang ada
di hadapannya.
***
Bagaimana jika kau telah merasa memberikan segalanya,
menghabiskan waktu untuk memikirkannya, berjuang keras untuk meraihnya, hingga
berdarah-darah untuk menggapainya namun akhirnya hanya ditutup dengan satu
pertanyaan. Kau siapa?
Plis, kalau
kau mengira aku sedang berbicara tentang lelaki dan perempuan, aku bilang
tebakanmu tidak tepat. Kali ini hanya ingin merenung sejenak.
Tentang Kita dan Dunia.
Selepas apel pagi senin kemarin, seorang kawan yang
kebetulan menjadi pembina apel mengutarakan tentang banyak hal. Sampai detik
tulisan ini selesai kutulis, aku bahkan lupa dengan apa saja yang
disampaikannya. Penampilannya begitu sederhana, gesture bicaranya juga begitu
santai, kedua tanganya ia saling ia masukkan di sela-sela lubang lengan
jaketnya. Dan yang kuingat tentang ucapannya adalah tentang dunia.
Aku menyebutnya, Dunia yang melupakanmu.
Pertanyaan yang muncul sama seperti bagian awal
tulisan ini. Bagaimana jika ternyata kita telah memberikan segalanya untuk
mengejar dunia, menggapainya dan hampir menghabiskan seluruh waktu kita untuk
meraih dunia. Namun pada akhirnya, dunia tidak mengingat kita sama sekali.
Aku membayangkan ketika kelak diriku menjadi tua,
dengan segala yang kupunyai tengah terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Apa
yang terakhir akan kupikirkan kala itu?
Dan ketika nafas terakhir telah lepas dari raga,
apakah ternyata dunia yang selama ini mungkin kukejar akan memberikan manfaat? Atau
setidaknya akan mengingatku? Bahwa aku pernah terlahir di dunia dan mengejar
dunia.
Berapa si paling lama kita diingat oleh dunia? Paling
banter kita akan diingat oleh anak cucu kita. Ya, mungkin setelah anak dari
cicitku, ketika ditanya siapa irkham maulana? Apakah mereka akan tahu bahwa
orang itu adalah ayah dari kakek mereka? Paling banter lagi mereka hanya akan
ingat namamu. Hanya itu.
Dunia memang pada akhirnya akan melupakanku, jadi
bukankah seharusnya aku tidak terlalu memikirkan dengan berat dunia pula?
Tulisan random yang ditulis karena takut terlupa,
barangkali strukturnya berantakan tapi yasudahlah :3
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus