Selasa, 22 Maret 2016

Daripada


22 Maret 2016

                Angin dari sawah melintas melalui balkon rumah. Sejak sepulang sekolah tadi, Lana telah duduk santai menatap buku dengan sebungkus cemilan. Sesekali pandangannya terhenti dari buku, mengubah arahnya ke sawah di depan rumah. Bagi Lana, mengamati padi yang masih hijau bagai menonton tarian liuk-liuk persembahan dari alam.

                “Lana, dari tadi kakak lihat kau fokus banget dan tampak begitu nikmati baca bukunya.” Kak Rehan yang sejak daritadi bermain basket di halaman rumah sekarang mendekat. Ia pelan-pelan mengusap rambut hitam Lana.

                “Iya bagus, Kak. Lana pingin bisa menulis seperti penulis buku ini.”
                ***

                Gadis kecil berambut pony tail tampak serius menggerakkan jemari di atas kertas. Beberapa kali ia melemparkan kertas berisi tulisan yang telah diremas ke dalam tong sampah. Bahkan hampir separuh tempat sampah terisi bulatan-bulatan kertas.

                “Kamu kenapa e?”
                “Kak, coba baca ini. Bu guru mengasih tugas buat karangan. Dan ini karangan Lana.”

                Rehan menggeser kursi kemudian duduk di samping Lana. Ia mulai membaca coretan di atas kertas milik Lana.

                “Lana, tulisanmu bagus.”
                “Hmmm…”
                “Lho kok gitu?”
                “Masih jauh dan tidak mirip dengan penulis buku kemarin yang Lana baca, Kak.”

                Rehan yang daritadi menghadap meja belajar, sekarang menggeser  arah duduknya. Kakak-adik itu sekarang berhadap-hadapan. Saling memandang mata satu sama lain.

                “Daripada menulis indah seperti orang lain. Aku lebih suka kau menulis untuk dirimu sendiri. Tulisan yang sangat mewakili dirimu.” ujar Rehan sambil mengusap rambut Lana dan menepuk pundak adiknya itu.



0 komentar:

Posting Komentar