Minggu, 09 Agustus 2015

Lelaki Setetes Madu


                                                                   
              Pada zaman dahulu, di tanah dekat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada konon berdirilah sebuah kerjaan kecil yang makmur sentosa. Baik dari sisi ekonomi, budaya maupun teknologi. Kerajaan tersebut bersama kerajaan Madu. Pada masa itu Madu merupakan barang yang istimewa, karena selain rasanya manis ia juga bisa dijadikan obat berbagai penyakit. Maka dinamai itupulalah kerajaan ini. Sama-sama berharga dan istimewa.

              Daerah kekuasaan yang tidak begitu luas membuat urusan raja menjadi lebih mudah untuk mengatur dan mengoyami rakyat. Hingga pada suatu haru, kerajaan kerabat bernama Sadawa dilanda wabah penyakit yang hanya mampu disembuhkan dengan air madu.

              Jalinan persaudaraan antara kerajaan Madu dan Sadawa sudah berlangsung lama. Sang Raja berinisiatif untuk membantu kerajaan tetangga. Semua rakyatnya diminta untuk menyumbangkan madu yang mereka punya sebanyak 1 gelas dan dikumpulkan ke dalam sebuah kuali besar tertutup yang mampu menampung seluruh madu tersebut.

              Teknologi yang mereka pakai untuk mengumpulkan madu cukup unik. Setiap rumah telah memiliki sebuah pipa, terhubung antara satu pipa ke pipa yang lain dan bermuara ke kuali pengumpulan. Dengan teknologi ini rakyat tidak perlu bersusah payah menuju tempat kuali utama berada. Cukup tuangkan segelas madu dan dengan sendirinya akan mengalir ke tempat tujuan.

              “Bagaimana kalau aku ganti madu ini dengan air putih saja ya, Toh  tidak ada yang tahu dan tidak apalah kalau aku memberi air di kala yang lain memberi madu. Tida begitu jelas nampak bedanya.” Gumam Ihrom di depan pipa penuangan.

              Hari penyerangan sumbangan pun tiba. Sebelum diserahkan kepada Raja Sadawa, sang Raja naik ke atas kuali menggunakan tangga untuk melihat seberapa banyak madu yang telah dikumpulkan.

              Wajah Sang  Raja tampak merah padam, ia menunduk dan menggeleng-gelengkan kepala ketika ia berjalan turun. Mengambil palu dan kemudian memecahkan kuali tersebut.

              Semua yang keluar dari dalam kuali hanya air putih. Tidak ada setetespun madu yang ada di dalamnya.

              ***

              Ternyata yang berpikiran seperti Ihrom tidak hanya dirinya seorang. Seluruh Rakyat Madu juga berpikiran sama. Sehingga yang terkumpul bukanlah kuali penu dengan madu, melainkan kuali berisi air putih. Karena tiap-tiap rakyat menungkan segelas air putih-bukan segelas madu. Bahkan setetes pun tidak

***

Siapa kah yang disebut sebagai manusia setetes madu?
Mereka yang tetap berbuat baik dan terus berusaha memberi kebaikan tanpa peduli apakah orang lain melakukannya atau tidak. Dia yang menyegerakan untuk membantu sesama.




Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD-_AQ6nwO5Ww6QoVMvCwMtJVLBstua8hqOANkVoigs__oHirvWkf1XOSGuAofEhzzfqe1kLwi56RrXfU8Z1stk_nFED2AECfx0Jd6Rz2dRaJdMYrnPHfAr8OcvBLA7ckwnegfJrMBMzSo/s320/Madu.jpg


0 komentar:

Posting Komentar