Kamis, 20 Agustus 2015

Mengisi Materi di PPSMB Geospace 2015



            “Duh, apa yang harus kusampaikan? Aku belum menyiapkan materi apa-apa terkait urgensi kontribusi pemuda terhadap kemajuan Bangsa. Ada games juga yang harus kusiapkan. Apa aku batalin saja ya?”

            Kira-kira begitulah yang kupikirkan. Aku mengkhawatirkan banyak hal tepat H-2 jam acara FGD PPSMB Geografi dilaksanakan. Risau tentang apa yang harus ku sampaikan, maklum tema yang diberikan masih sangat umum sedangkan ini adalah pengalaman pertama kali menjadi seorang fasilitator. Resah karena aku belum menyediakan games tentang kepemimpinan seperti yang diminta panitia. Sampai sempat berpikir bagaimana kalau nyatanya nanti aku hanya membisu di depan mahasiswa baru. Bagaimana jika ternyata jadi kulit “kacang” karena suara yang keluar tidak terdengar. Tidak melewati kerongkongan. Hanya terhenti seperti orang gagap. Maka jadilah muncul pikiran untuk “kabur” atau membatalkan untuk datang.

            Jam telah menunjukan pukul 13.15 dan tanpa kusadari aku telah datang ke gedung Fakultas Geografi bersama fasilitator lain. Ada cukup banyak yang datang, total 10 orang. Mas Mukharrir, Mas Pebta, Mas Ali, Mas Tyo, Mas Faisal, Mas Arfan, Mas Fahmi, Kiki Mandagi dan Aisyah.

            Kami dipandu untuk menuju ke lokasi kelompok mahasiswa baru berada.

            “Bagaimana jika nanti mereka diam saja?” bisikku dalam hati.
            Singkat kata, materi telah tersampaikan, waktu pun telah berlalu. Sesi FGD telah selesai dilaksanakan dengan penutupan sebuah cerita tentang seorang ratu dan penasehat terbaik.

            Apakah kekhawatiran ku sebelumnya terjadi? Nyatanya tidak. Apakah mereka diam saja? Justru sangat antusias. Dari binar matanya, semangat membara untuk masuk dalam lingkungan Gadjah Mada kentara terlihat. Lalu bagaimana tentang gamesnya? Aku hanya mengeluarkan kartu remi baru untuk menunjukan betapa berharganya ilmu pengetahuan. Lalu apa yang terjadi kenapa sebelumnya khawatir bahkan hampir saja memutuskan untuk tidak datang.

            Mungkin benar orang terdahulu bilang. Sembilan dari sepuluh ketakutan dan kekhawatiran datangnya dari imajinasi kita. Kita buat-buat, dipupuk hingga ia subur dan mengembang. Apa benar-benar terjadi? Nyatanya tidak.

            Ketakutan itu hal wajar. Tapi jangan sampai sebuah ketakutan menghalangimu untuk melakukan sesuatu kebaikan.



Fakultas Geografi ,20 Agustus 2015 - 15.00

0 komentar:

Posting Komentar