12 April 2016
Ada
sebagian orang yang hadir di dalam hidup, jika bertemu saja dengan dia
seakan-akan mampu mengisi lubang di hati.
Kalau
ibu, ayah, kakak-adik, keluarga itu bukan mengisi lubang, tapi merekalah yang
justru menghadirkan hati itu ke dalam diri. Bisa saja, kalau tak pernah bertemu
mereka, jangankan lubang, bahkan mungkin hati saja
tidak punya.
Entah
apa ini hanya perasaanku saja, atau pernah juga dialami oleh semua orang. Bahwa
hidup juga adalah tentang mengisi lubang-lubang itu. Seolah-olah jika melakukan
sesuatu yang kita sukai, hati-hati itu semakin terpenuhi. Ada orang yang
mengisinya dengan berbagi, entah itu berwujud materi ataupun hanya sekedar
lewat tulisan seperti yang kulakukan sekarang. Ada pula yang lubangnya terisi
dengan memacu kendaraan di aspal sirkuit macam pembalap-pembalap itu.
Yang
tidak kusangka adalah lubang itu juga bisa terisi oleh kehadiran seseorang. Pertemuan
dengan sesosok manusia. Hanya lewat sebuah perjumpaan.
Pada
mulanya aku bersikap biasa saja (tapi gatau biasaku itu terlihat biasa nggak ya
di mata orang lain), tak banyak bicara. Tapi ketika perubahan mimik muka orang
yang didepanku dari biasa saja ke sebuah senyum, Itu menjadi tidak biasa. Yang tiba-tiba
membuatku ingin kabur saja. Berlari sejauh-jauhnya.
Aku
selalu bingung bertemu dengan orang-orang yang seperti ini. Ingin bertemu tapi
juga tidak ingin bertemu. Hendak menyapa tapi takut menyapa. Ingin mengobrol,
tapi selalu bingung apa yang akan diobrolkan. Merasa senang, tapi juga ingin
segera minggat.
Gatau
ah, aku jadi bingung. Bahkan untuk sekedar menyudahi menulis ini.
0 komentar:
Posting Komentar