MAYAS DAN
BUKU DIARY-NYA
23 April 2016
Mayas
adalah anak pindahan dari desa. Dia dikenal sebagai anak yang pintar, rajin dan
patuh kepada orang tua. Pada saat Mayas pulang dari sekolah barunya, Mayas
melihat anak-anak kecil yang sedang asyik di jalan sedang mengamen di antara
celah-celah kendaraan yang berhenti ketika lampu merah. Mayas merasa iba
melihat anak-anak yang tidak bersekolah dan pekerjaannya hanya meminta-meminta
di jalan raya.
Sesampai
di rumah, ia bercerita kepada Ayah dan Mamanya.
“Mama,
Ayah, kenapa sih kok banyak anak-anak kecil yang mengamen di jalan raya? Lalu
dimana Ayah dan Ibunya?” tanya Mayas kepada Mama dan Ayahnya.
“Memang
di kota banyak anak-anak yang seperti itu, mungkin karena orang tuanya tidak
mampu membiayainya dan hidup mereka hanya pas-pasan untuk membeli makan
sehari-seharinya,” sambung Ayah.
“Maka
bersyukurlah kami, karena kamu bisa bersekolah. Mereka sebenarnya ingin sekolah
seperti teman-temannya tetapi karena kondisi keluarganya yang tidak mendukung,
maka mereka menerima untuk tidak bersekolah dan mengamen di jalan raya untuk
ikut membantu orang tuanya membeli makanan sehari-hari,” ujar Mama.
Mayas
lalu menganggukan kepala sebagai tanda bahwa ia mengerti apa yang diucapkan
Papa dan Mamanya. Seusai makan malam Mayas meninggal ruang makan dan beranjak
menuju ke kamar tidur.
Seperti
biasanya, Mayas selalu belajar, tak lupa ia menjadwal apa yang akan dipelajari
di sekolahnya esok nanti. Lalu sebelum belajar ia menulis curhatan sedikit di
buku diary-nya.
“Andaikan
aku sudah besar dan menjadi guru, pasti akan aku ajarkan kepada mereka tentang
ilmu yang belum mereka tau dan ilmu yang aku dapatkan dari SD sampai kuliah.”
Ujar Mayas dalam buku diary-nya. Lalu Mayas belajar bersungguh-akan bisasungguh
agar apa yang telah dicita-citakan bisa tercapai kelak.
*****
23 April 2016
*Penulis : Susi
Sabilul Huda, Kelas 3 SMP (dalam
Training Semangat Menulis)
0 komentar:
Posting Komentar