Hari itu dalam kunjungan industri ke Pabrik
kertas aku melihat gulungan kertas berbobot tidak kurang dari dua ton. Selembar
kertas yang biasanya mudah sekali kurobek, sekarang dia kokoh bak tembok semen.
Aku memukulnya, dan ternyata sama sakitnya dengan memukul tembok. Aku mengusapnya
dan ia memang kertas.
Selembar kertas yang rapuh ternyata bisa
sekuat itu jika sudah berikatan dengan yang lain. Selember kertas ternyata bisa
sekokoh itu jika saling mendukung dan bersama-sama membentuk lingkaran
(bergabung). Dan ternyata tidak hanya selembar kertas. Banyak juga yang lain.
Setitik embun tentu begitu lembut dan mudah
pecah ketika ia sendirian bergelayutan di pucuk daun. Tetes itu akan hancur
ketika ia menabrak diri kita. Namun ketika tetes itu berkumpul membentuk suatu
banjir, jangankan daun, rumah pun ikut terseret karena kekuatannya.
Sebuah batu bata mudah sekali kita lemparkan
ke udara. Kita buang dengan hanya satu tangan. Namun ketika ia disusun dengan
batu bata lain maka jangan berpikir untuk menabrakkan diri ke arahnya. Selurut tulang
bisa remuk dibuatnya.
Sebuah titik hitam mungkin hanya berarti
sebuah tanda baca untuk berhenti. Namun ketika ia bertemu titik-titik yang
lain, sebuah goresan-goresan penuh makna terbentuk. Lukisan lukisan indah lahir
dari titik titik yang bersatu.
Hari ini aku tidak ingin menyimpulkan
sesuatu. Hanya berusaha memahami banyak hal di dunia ini.
Bersama menjadi lebih baik
Bersama akan membuat kita terbang jauh ke
atas langit meski di punggung kita tiada sayap.
Lalu bagaimana dengan Rindu?
Pangkalan Kerinci-Riau, 13
Agustus 2015
0 komentar:
Posting Komentar