Sabtu, 05 September 2015

Selembar dan Sehelai


Hari itu dalam kunjungan industri ke Pabrik kertas aku melihat gulungan kertas berbobot tidak kurang dari dua ton. Selembar kertas yang biasanya mudah sekali kurobek, sekarang dia kokoh bak tembok semen. Aku memukulnya, dan ternyata sama sakitnya dengan memukul tembok. Aku mengusapnya dan ia memang kertas.

Selembar kertas yang rapuh ternyata bisa sekuat itu jika sudah berikatan dengan yang lain. Selember kertas ternyata bisa sekokoh itu jika saling mendukung dan bersama-sama membentuk lingkaran (bergabung). Dan ternyata tidak hanya selembar kertas. Banyak juga yang lain.

Setitik embun tentu begitu lembut dan mudah pecah ketika ia sendirian bergelayutan di pucuk daun. Tetes itu akan hancur ketika ia menabrak diri kita. Namun ketika tetes itu berkumpul membentuk suatu banjir, jangankan daun, rumah pun ikut terseret karena kekuatannya.

Sebuah batu bata mudah sekali kita lemparkan ke udara. Kita buang dengan hanya satu tangan. Namun ketika ia disusun dengan batu bata lain maka jangan berpikir untuk menabrakkan diri ke arahnya. Selurut tulang bisa remuk dibuatnya.

Sebuah titik hitam mungkin hanya berarti sebuah tanda baca untuk berhenti. Namun ketika ia bertemu titik-titik yang lain, sebuah goresan-goresan penuh makna terbentuk. Lukisan lukisan indah lahir dari titik titik yang bersatu.

Hari ini aku tidak ingin menyimpulkan sesuatu. Hanya berusaha memahami banyak hal di dunia ini.

Bersama menjadi lebih baik
Bersama akan membuat kita terbang jauh ke atas langit meski di punggung kita tiada sayap.


Lalu bagaimana dengan Rindu?


Pangkalan Kerinci-Riau, 13 Agustus 2015

0 komentar:

Posting Komentar