Rabu, 30 September 2015

Kata Orang Cinta



Orang-orang yang pernah melancong ke luar negeri sering bilang bahwa kita akan mencintai Indonesia setibanya di negeri orang. Aku percaya begitu saja? Tentu tidak. Lagian dulu serasa tidak masuk akal. Bukankah negeri orang terlihat lebih maju daripada negeri kita sendiri? Mana bisa lebih mencintai meninggalkan sosok yang dicintai dan beranjak menemui sosok lain? Meski secara logika tidak begitu terasa benar, namun pikiran ini tidak sepenuhnya menolak statement kita akan mencintai Indonesia setibanya di negeri orang.

Hari itu, ketika gema takbir berkumandang, kami Nakula lepas landas dari Bandara Adi Chip, meninggalkan kampung halaman di kala Idul Adha menjelang. Menjadikan tahun ini satu-satunya idul Adha tanpa makan sate dan daging kurban (#ah sedih). Tapi tak apalah, demi sebuah pembuktian kecintaan akan negeri yang sering orang bilang.

Kami terbang, Nakula mengangkasa kemudian turun lagi ke tanah Malaya.


Sebuah kendaraan LRT, Go KL dan segala transportasi public yang terkelola begitu apik menimbulkan sesuatu kekaguman, di malam pertama dekat penginapan Pasar Seni, beberapa orang dari kami masuk ke mini-market di tepian jalan (Disana namanya KA-KA Mart). Melihat-lihat barang yang dijajakan untuk sekadar mengganjal perut yang lapar. Harga-harga yang terpampang hanya satu dua digit. Tentu dengan mata rupiah ringgit.

Ada mie instan yang harganya hampir 4 ringgit, padahal kalau di Indonesia hanya 3 sampai 4 ribu doang, roti, minuman, sikat gigi, odol, dan barang-barang lain yang semula terasa murah namun jika dikurskan jadi disadari bahwa ternyata mahal-mahal.

Kami keluar dari mini market untuk berjalan kembali ke penginapan.

Salah satu dari kami terlihat mengarahkan pandangan ke atas. Memikirkan suatu hal sambil menyebut beberapa harga.

“Aku mengerti sekarang, kita akan lebih mencintai Indonesia di negeri orang. Minimal setelah melihat harga-harga makanannya” ia mengucapkannya sambil tertawa lepas.


Pasar Seni – Kuala Lumpur, 24 September 2015

0 komentar:

Posting Komentar