Tak sengaja tiba-tiba terselip suatu
kata.
“Sejuta Bintang” dan tiba-tiba
tangan ini bergetar untuk segera menuliskannya di atas kertas.
Mereka yang di langit malam tidak
selalu kelihatan memang, terkadang tertutup oleh gumpalan awan pekat. awan
mendung, atap sebuah bangunan atau karena kita sendiri yang terlalu sibuk
hingga tak sempat menatap ke atas. Memandang berjuta bintang.
“Sejuta Bintang”, dia sejatinya
selalu ada di langit. Cahaya tidak seterang matahari memang. Sehingga membuat
titik-titk itu tak nampak jelas di angkasa. Tapi tahukah kita bahwa matahari
pun bintang?
“Sejuta Bintang”
Kita mungkin pernah berpikir apakah
masih ada orang baik di dunia ini?
Banyak.
Dan jumlahnya tidak hanya sejuta.
Ia ada sekitar kita, hanya saja
karena kita telah mengidentifikasikan sesuatu itu baik menurut definisi kita
sendiri, maka kita tidak menganggap itu kebaikan jika tidak sesuai dengan apa
yang kita anggap itu kebaikan.
Orang-orang baik itu ada banyak di
sekitar kita. Dibalut dengan banyak kain, warna kulit dan berbagai profesi. Tidak
hanya yang berkain putih bersih, berjas rapi, tapi bisa juga dari seorang
penjual minyak tanah yang masih berbuat baik menawarkan dagangannya, seorang
petani yang pagi sore merawat sawah.
Bayangkan saja jika tak ada
bintang-bintang tersebut. Hanya untuk makan beras saja kita harus menunggu 3
bulan karena harus menanamnya sendiri. Hanya untuk mendapat garam, kita harus
pergi ke laut dan mengeringkan airnya di sebuah tambak buatan?
Merekalah sejuta bintang di bumi.
Dan ada satu lagi yang ingin
kusampaikan.
Sejuta bintang itu masih ada di
suatu tempat, tak pernah terlihat dan jarang ditemukan manusia, bukan karena
jaraknya yang begitu jauh. Toh malah dia begitu dekat. Hanya saja tertutup “awan”,
atau kita tidak pernah benar-benar menyapanya. Lebih sibuk melihat cahaya-cahaya
kehebatan dari orang lain di sekitar kita. Berseru iri dan berkata “kenapa bukan saya?”
Sejuta bintang itu ada di satu
tempat
Ada di hatimu.
Dan itu yang membuat dirimu
benar-benar spesial.
Tiap diri kita spesial.
Tanpa telur
Tanpa daun bawang
September – Titik Nol
Sehabis pulang dari geng underground
0 komentar:
Posting Komentar