Rabu, 16 September 2015

Sejuta Bintang



            Tak sengaja tiba-tiba terselip suatu kata.
            “Sejuta Bintang” dan tiba-tiba tangan ini bergetar untuk segera menuliskannya di atas kertas.

            Mereka yang di langit malam tidak selalu kelihatan memang, terkadang tertutup oleh gumpalan awan pekat. awan mendung, atap sebuah bangunan atau karena kita sendiri yang terlalu sibuk hingga tak sempat menatap ke atas. Memandang berjuta bintang.

            “Sejuta Bintang”, dia sejatinya selalu ada di langit. Cahaya tidak seterang matahari memang. Sehingga membuat titik-titk itu tak nampak jelas di angkasa. Tapi tahukah kita bahwa matahari pun bintang?
            “Sejuta Bintang”

            Kita mungkin pernah berpikir apakah masih ada orang baik di dunia ini?

            Banyak.
            Dan jumlahnya tidak hanya sejuta.

            Ia ada sekitar kita, hanya saja karena kita telah mengidentifikasikan sesuatu itu baik menurut definisi kita sendiri, maka kita tidak menganggap itu kebaikan jika tidak sesuai dengan apa yang kita anggap itu kebaikan.

            Orang-orang baik itu ada banyak di sekitar kita. Dibalut dengan banyak kain, warna kulit dan berbagai profesi. Tidak hanya yang berkain putih bersih, berjas rapi, tapi bisa juga dari seorang penjual minyak tanah yang masih berbuat baik menawarkan dagangannya, seorang petani yang pagi sore merawat sawah.

            Bayangkan saja jika tak ada bintang-bintang tersebut. Hanya untuk makan beras saja kita harus menunggu 3 bulan karena harus menanamnya sendiri. Hanya untuk mendapat garam, kita harus pergi ke laut dan mengeringkan airnya di sebuah tambak buatan?
             Merekalah sejuta bintang di bumi.
            Dan ada satu lagi yang ingin kusampaikan.

            Sejuta bintang itu masih ada di suatu tempat, tak pernah terlihat dan jarang ditemukan manusia, bukan karena jaraknya yang begitu jauh. Toh malah dia begitu dekat. Hanya saja tertutup “awan”, atau kita tidak pernah benar-benar menyapanya. Lebih sibuk melihat cahaya-cahaya kehebatan dari orang lain di sekitar kita. Berseru iri dan berkata “kenapa  bukan saya?”

            Sejuta bintang itu ada di satu tempat

            Ada di hatimu.
            Dan itu yang membuat dirimu benar-benar spesial.
            Tiap diri kita spesial.
            Tanpa telur
            Tanpa daun bawang

September – Titik Nol
Sehabis pulang dari geng underground


0 komentar:

Posting Komentar