Persendian-persendianku begitu rapuh
ditelan detik-detik yang telah berlalu tak terasa. Badanku juga sudah tidak
mampu untuk berdiri tegak, kalau hanya sebentar masih bisa, tapi barang sebentar
kemudian pinggang kusangga dengan tangan kanan. Terduduk lagi, dan rasanya
begitu lelah.
Tapi itu sungguh tidak seberapa
lelah daripada harus duduk di dekatmu. Lelah berdiriku ini sungguh tidak ada
apa-apanya. Maka sekarang aku lebih memilih untuk duduk saja di bangku, memandang
dirimu dari jendela lantai tiga.
***
“Anda kenapa?” seorang psikiater bertanya.
"Aku tidak apa-apa, kurasa"
"Aku tidak apa-apa, kurasa"
***
Dia masih berdiri di sana, memakai
kerudung merah dengan baju lengan panjang kotak-kotak. Warna kerudung yang
begitu serasi dengan warna roknya. Memegangi gadget hitam mengobrolkan sesuatu
kepada seorang laki-laki berjaket hitam.
Tentu aku tidak bisa mendengar apa
yang mereka bicarakan. Terlalu jauh jarak antara mereka berdiri dengan lantai
tiga tempatku duduk sekarang. Apalagi ada pemisah bening yang menghalau
gelombang suara. Ditambah pemisah yang tak pernah kulihat, tapi itu benar benar ada.
***
“Mu-nya
siapa?”
* Dan aku entah sejak kapan kesulitan menulis cerpen lagi, entah sejak kapan. Bahkan aku nggak ngerti calon cerpen di atas akan kuakhiri seperti apa.
kejadian tadi pagi ya Kham...
BalasHapus#hayoketauan
#akutausiapaperempuankerudungmerahbajukotakkotak
iku calon cerpen -_-
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus