Selasa, 16 Februari 2016

Jangan Menyalahkan

Jangan menyalahkan apapun dalam hidup ini.
Jika keluarga kita broken home misalnya, orang tua bercerai, maka ketika hidup kita jadi kacau balau, itu tidak bisa membuat kita merasa berhak menyalahkan orang tua. Tidak bisa, Nak. Itu benar, permasalahan orang tua baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi hidup kita, tapi jangan jadikan itu argumen. Sekolah kita berantakan misalnya, itu jelas bukan karena orang tua kita bercerai, tapi karena kita malas belajar. Kita jadi depresi, stres, itu juga bukan karena mereka, melainkan kita sendiri yang membiarkan masalahnya kemana-mana. Hei, kenapa kita tidak memilih sebaliknya? Daripada kita ikut depresi gara2 mereka, kenapa kita tidak fokus sekolah, punya nilai2 terbaik, dapat beasiswa hingga ke luar negeri, maka secepatnya, bye, adios, selamat tinggal orang tua yang bercerai, saya punya hidup baru sekarang.
Jika kita merasa situasi sekarang sangat menyebalkan, benci sekali, maka kenapa kita tidak segera mencari solusi terbaik agar segera bisa meninggalkan situasi tersebut? Jika kita pelajar, maka jelas, belajar dengan tekun, tahan banting, adalah cara paling masuk akal, bukan?
Apa kita melakukan itu? Saat kita berkeluh-kesah, saat kita marah, benci, apakah kita melakukan itu? Apakah kita fokus mulai menunjukkan kita berprestasi? Atau sebaliknya, kita hanya menjadikan semua itu argumen, menyalahkan orang lain, atas kelemahan hidup kita--yang kalaupun keluarga kita pun baik-baik saja, kita tetap malas, menunda-nunda, lebih banyak menghabiskan waktu sia-sia.
Adik-adik sekalian, pahamilah persoalan ini. Karena hidup kita, adalah kita yang menjalaninya. Hidup orang lain, silahkan orang lain menjalaninya. Bapak kita selingkuh, pergi dari rumah, keluarga hancur lebur, maka itu masalah dia. Resiko dia. Atau sebaliknya Ibu kita berkhianat, kecantol cowok lain, meninggalkan keluarganya, lagi-lagi itu masalah dia. Resiko dia sendiri. Kita? Gigit baik-baik, bisikkan berkali-kali: saya punya hidup yang lebih baik. Besok lusa, saya akan lebih dewasa, lebih mandiri, dan jelas, tidak akan membiarkan anak-anak saya jadi korban perceraian. Orang tua kita bajingan, jahat sekali melakukan sesuatu, pembohong, dsbgnya, maka itu masalah mereka. Kita punya kehidupan sendiri. Kita tidak sedang memutus hubungan keluarga, bukan itu poin catatan ini, tapi kita sedang meneguhkan: karena orang lain bisa seenak perutnya melakukan apapun, maka bukan berarti dia juga bisa seenak perut merusak masa depan kita.
Situasi ini tidak hanya berlaku untuk kasus broken home. Tapi juga berlaku untuk masalah-masalah lain. Kejadian-kejadian lain, dan kita merasa, kitalah korban dari peristiwa tersebut. Kita merasa, semua kesusahan hidup kita bersumber dari orang lain. Berhenti menyalahkan orang lain.
Apakah ini mudah dilakukan?
Tidak. Tapi bukan berarti itu impossible. Ada banyak sekali orang2 sukses, orang2 bahagia, yang bangkit dari kesedihan--yang lebih memilukan dibanding kisah hidup kita. Ada banyak sekali orang2 yang bisa melewati masalah hidup yang jauh lebih menyakitkan dibanding milik kita. Maka jika mereka bisa, kenapa kita tidak? Tutuplah bab penuh keluh-kesah, penuh kebencian, mulailah membuka bab baru yang penuh keyakinan. Lakukan sekarang.
*Tere Liye

0 komentar:

Posting Komentar