Suatu hari, Putih
yang dikenal karena kebaikan dan kesuciannya memutuskan untuk meninggalkan
tanah kelahiran atas anjuran Sang guru.
“Pergilah berkelana
Put, maka kau akan belajar banyak tentang kehidupan. Temuilah warna lain di
ujung dunia sana maka kau akan tahu tentang kebaikan” Sebuah tulisan sederhana
di atas kertas berukuran 20 x 10cm yang dititipkan oleh sang Guru.
“Pelajaran seperti
apa yang akan aku dapat ya?” pikir Putih dalam hatinya sambil senyam senyum
kegirangan.
Ahh, senyum yang
putih tampakkan sekarang sungguh tidak jauh berbeda dengan senyum muda mudi
yang sedang dirundung asmara. Membayangkan akan bertemu dengan warna-warna lain
yang baik dan berilmu selalu membuat dirinya jatuh cinta.
Akhirnya setelah
perjalanan yang panjang dan mengarungi medan yang berat, putih pun tiba di
daerah yang dimaksudkan oleh sang Guru. Di tempat tersebut tinggallah beberapa
warna lain. Merah, si Jingga, si Hijau, si Kuning, si Biru, si Nila dan si
Ungu.
Dan engkau tahu
kawan, Putri sungguh tercengang. Apa
yang ia lihat sungguh tidak sesuai yang ada di benaknya. Yang sekarang ia lihat
justru sebaliknya. si Merah senang sekali marah marah. Jingga, Hijau dan Ungu
sangat gemar berjudi. Dan segala tabiat tabiat buruk dari warna lainnya.
Sebetulnya si Putih enggan bermukim di tempat tersebut. Akan tetapi, demi
menghormati perintah Guru akhirnya keengganan tersebut ia tanggalkan.
“Ahh tidak apa apa
lah seperti ini, aku hanya perlu jauh jauh dari mereka, aku hanya perlu menjaga
agar hatiku tetap bening dan perilaku tetap baik” gumam putih sembari istirahat
sejenak setelah perjalanan panjang.
Dan putih lagi lagi
salah. Setelah 1 bulan berselang, anggapannya bahwa ia akan baik-baik saja jika
terus berbuat baik sendirian ternyata meleset. Bagai rekaman radio rusak yang
diputar berulang-ulang, suara si Merah yang sedang marah selalu ia dengar tiap
pagi. Membuat putih mulai senang marah-marah pula.
Semula ia mencoba
menjauhi judi, tapi sekarang justru dia lah ahlinya. Dimana ada taruhan, pasti
putih lah yang pertama kali mengajak teman-teman warna lain untuk mengadu
peruntungan uang mereka.
Putih sekarang tidak
lagi putih, ia mulai tenggelam dalam warna-warna lain di sekelilingnya.
***
Tak sengaja kertas
yang sekarang menjadi lusuh itu muncul kembali. Kertas bertuliskan pesan dari
sang Guru.
“Pergilah berkelana
put, maka kau akan belajar banyak tentang kehidupan. Temuilah warna lain di ujung
dunia sana maka kau akan tahu tentang kebaikan”
Tak terasa cairan
hangat dari pelupuk mengalir deras melewati pipinya. ia sadar telah lupa tujuan
mengapa dulu ia bisa tiba di tempatnya sekarang. Dalam relung hati yang paling
dalam, ia menyesal. Noda-noda dalam dirinya ia bersihkan hingga bersihlah ia
seperti saat pertama kali dia datang. Dengan segala upaya maksimal Ketujuh
warna yang lain ia arahkan dengan halus
nan sabar, hingga akhirnya mereka berbaur satu sama lain, bergerak
bersama-bersama dalam kebaikan.
Tak terasa cairan
hangat itu kembali menetes untuk kedua kalinya melewati pipinya, Ia melihat
sesuatu yang selama ini belum ia lihat. Gerakan bersama sama yang dilakukan
warna-warna lain berubah menjadi warna putih yang indah, lebih bersih dari si
putih itu sendiri.
Merah tak lagi suka
marah-marah. Tabiatnya yang senang bicara sekarang menjadikan dia sebagai
orator ulung yang mampu. Menggerakkan warna lain untuk menyampaikan kebaikan
pula.
Kuning tidak lagi
menjadi sosok yang selalu termenung menangisi kesedihan. Sifat lembutnya
sekarang bisa tersalurkan melalui kertas kosong yang akan ia tuliskan
kisah-kisah luar biasa dari tangan mungilnya. Menjadikan kuning dikenal sebagai
penulis produktif dan selalu menginspirasi siapapun yang membacanya.
Hijau, Jingga dan
Ungu ketiganya sekarang membuka usaha klinik. Mengobati mereka yang sakit.
Membebaskan biaya bagi mereka yang datang namun tidak mampu membayar. Dan
begitu pula dengan warna-warna lain.
Putih tertunduk di
atas tanah sambil menangis bahagia Di nhatinya serasa ada kebahagiaan
tersendiri yang tidak bisa ia gambarkan. Kepuasan batin melihat warna lain
berbuat kebaikan bersama sama.
“Terima Kasih wahai
guru telah menganjurkan Putih untuk berkunjung ke tempat ini” begitulah kalimat
yang sempat terucam di sela sela isak tangis bahagianya.
“Bahwa Putih selalu
punya pilihan, apakah Putih akan diam saja, hanyut diantara warna-warna lain
dan ternoda atau memilih untuk bergerak dan menggerakkan mereka hingga warna
dirinya mewarnai kehidupan warna lain”
***
#Cerita Kedua dari Serial Warna
Gambar:
#Cerita Kedua dari Serial Warna
Gambar:
0 komentar:
Posting Komentar