Jumat, 24 April 2015

Aku, Bangku dan Sakura

Pagi ini langit jogja dikungkung dengan gumpalan awan hitam di bagian selatan. Hembusan udara di luar rumah masih mampu membuat bulu kuduk berdiri, bekas hujan tadi malam.

“Selatan memang gelap, tapi timurnya cerah bukan? Aku bisa menikmati fajar hari ini”

Semalaman dia telah menata perabotan rumah barunya. Rumah baru di jalan kaliurang. Ketika ditanya apa alasan pindah, jawabannya sederhana. Dia ingin menikmati suasana yang tenang, sejuk dan nyaman bersama adik kesayangannya, Lana.

Guyuran air serasa ditumpahkan tadi malam, mengurusi perpindahan rumahnya, ditambah deadline desain sebuah pembangkit listrik membuat dirinya baru bisa terlelap pukul 3 dini hari. Maka ia berharap, mungkin dengan memandang saja dapat mengobati sedikit lubang kekesalan dalam hatinya.

Ihrom beranjak dari tempat tidur. Berjalan menuju kursi panjang di sebelah timur rumah. Tutur pemilik rumah yang sebelumnya, Ihrom bisa menikmati fajar dari kursi tersebut. Dan itulah yang menjadi salah satu alasan pembelian rumah yang baru ia lunasi,  baik Ihrom dan Lana, keduanya menyukai fajar dan senja. Bagi mereka berdua, kedua waktu itu selalu spesial.

“Dimana fajarnya? Yang ada hanya gelondongan kayu besar dengan daun pink saja. Mengganggu saja.” kekesalan kemarin malam nampaknya belum sepenuhnya sirna.

“Kenapa kak Ihrom, kok wajahnya sepet gitu. Ini Lana bawain teh manis biar kita sama-sama manis.” Ujar Lana dengan nada nyengir.

“Ini lho dek, pohon itu menghalangi kakak menikmati fajar pagi ini, nanti siang kau minta tolong tukang kebun kita buat tebang pohon itu ya.”

“Maksud kak Ihrom pohon sakura itu mau ditebang?” Lana kaget mendengarnya. Pohon itu berharga. Di negeri ini harusnya pohon tersebut tidak bisa tumbuh sama sekali. Tapi kini, ia berdiri kokoh di pekarangan rumah.

“Kenapa kak Ihrom tidak geser saja duduknya disini? Dari sini kelihahatan kak” ucap Lana sambil menepuk-nepuk bangku di sebelah Lana duduk.

“Hampir saja aku menebangnya” desis Ihrom dengan kepala tertunduk. Dalam kepalanya sekarang berkecamuk banyak hal.
***

23 April 2015
Di bawah langit mendung Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar