Normalnya, keringat akan muncul kalau lingkungan
sekitar kita atau tempat kita berada terasa panas kan ya? Atau karena kita
sedang beraktivitas berat, olahraga dan kerja keras misalnya? Tapi ternyata ada
kondisi ketiga. Kita bisa berkeringat bahkan ketika lingkungannya dingin dan
kita sedang diam saja alias tidak ngapa-ngapain (padahal ini bukan hal yang wah
untuk kuberitahu juga, kalian pasti juga sudah tahu).
Bulir-bulir air yang keluar dari kulit juga bisa
keluar lantaran jantung kita yang berdegup kencang meskipun hanya duduk dengan
bertumpu pada kedua kaki yang ditekuk ke belakang. Lengan dan punggung bisa
tetiba merasa basah hanya karena berpikir terlalu keras tentang
jawaban-jawaban. Bagaimana kalau jawabanku tidak berkenan, bagaimana kalau
bahasaku berantakan, bagaimana kalau gurauanku tidak lucu, bagaimana kalau aku
menjadi gagap, bagaimana kalau kata-kata tidak tersampaikan sebagaimana yang
ingin dimaksudkan.
Aku bahkan mencari alasan untuk meminta izin mengganti
posisi duduk menjadi bersila. Selain agar sedikit menurunkan tensi dan
ketegangan, ternyata sakit juga kakiku ditindih oleh beban berat tubuhku (Saat
itu aku tersadar bahwa aku harus diet, tapi entah itu tekad yang keberapa kali
diucapkan).
Sampai saat itu aku selalu mengira, jarak antara dua
kota yang bersebelahan pastilah tidak sejauh itu. Eh ternyata, tetap juga waktu
tempuh perjalanannya lumayan. Sejam pas berangkat, sejam setengah pas pulang
karena agak macet. Apa itu juga yang menjadikanku berkeringat sampai harus
kuusap-usap kedua lenganku untuk menyembunyikannya? Kedua tanganku belang,
apalagi kedua punggung kakiku, dia tampak putih dengan corak berbentuk V khas
sandal jepit (tapi bukan swallow). Padahal seseorang sudah beberapa kali
menanyakan dan menyarankan juga untuk pakai sarung tangan.
Aku melihat butir-butir anggur. Kubelah dia dan
kumakan. Aku tidak begitu ingat rasanya. Tapi aku baru sadar pas anggur-anggur
itu kubawa ke pantai, anggur bisa seenak itu. Sering juga sekarang foto foto
nggak jelas, membandingkan anggur dan siluet matahari di pantai. Tapi aku juga
jadi tahu kalau kita tidak bisa berkeringat saat berdiri saja di pasir pantai
yang luas dengan terpaan angin yang sangat kencang di sore hari. Seolah semua
keringat yang hendak keluar, didorong masuk lagi dan membuatku masuk angin
sepulangnya.
Padahal awalnya nulis tentang keringat, terus tentang
kata-kata, terus anggur, dilanjutkan dengan pantai. Setidakberpola itu ya
tulisanku. Meskipun judul dari blog ini adalah menata pikiran, kadang kubiarkan
saja ia tidak tertata seperti ini.
0 komentar:
Posting Komentar