Sabtu, 16 Oktober 2021

Berkeringat

 

Normalnya, keringat akan muncul kalau lingkungan sekitar kita atau tempat kita berada terasa panas kan ya? Atau karena kita sedang beraktivitas berat, olahraga dan kerja keras misalnya? Tapi ternyata ada kondisi ketiga. Kita bisa berkeringat bahkan ketika lingkungannya dingin dan kita sedang diam saja alias tidak ngapa-ngapain (padahal ini bukan hal yang wah untuk kuberitahu juga, kalian pasti juga sudah tahu).

Bulir-bulir air yang keluar dari kulit juga bisa keluar lantaran jantung kita yang berdegup kencang meskipun hanya duduk dengan bertumpu pada kedua kaki yang ditekuk ke belakang. Lengan dan punggung bisa tetiba merasa basah hanya karena berpikir terlalu keras tentang jawaban-jawaban. Bagaimana kalau jawabanku tidak berkenan, bagaimana kalau bahasaku berantakan, bagaimana kalau gurauanku tidak lucu, bagaimana kalau aku menjadi gagap, bagaimana kalau kata-kata tidak tersampaikan sebagaimana yang ingin dimaksudkan.

Aku bahkan mencari alasan untuk meminta izin mengganti posisi duduk menjadi bersila. Selain agar sedikit menurunkan tensi dan ketegangan, ternyata sakit juga kakiku ditindih oleh beban berat tubuhku (Saat itu aku tersadar bahwa aku harus diet, tapi entah itu tekad yang keberapa kali diucapkan).

Sampai saat itu aku selalu mengira, jarak antara dua kota yang bersebelahan pastilah tidak sejauh itu. Eh ternyata, tetap juga waktu tempuh perjalanannya lumayan. Sejam pas berangkat, sejam setengah pas pulang karena agak macet. Apa itu juga yang menjadikanku berkeringat sampai harus kuusap-usap kedua lenganku untuk menyembunyikannya? Kedua tanganku belang, apalagi kedua punggung kakiku, dia tampak putih dengan corak berbentuk V khas sandal jepit (tapi bukan swallow). Padahal seseorang sudah beberapa kali menanyakan dan menyarankan juga untuk pakai sarung tangan.

Aku melihat butir-butir anggur. Kubelah dia dan kumakan. Aku tidak begitu ingat rasanya. Tapi aku baru sadar pas anggur-anggur itu kubawa ke pantai, anggur bisa seenak itu. Sering juga sekarang foto foto nggak jelas, membandingkan anggur dan siluet matahari di pantai. Tapi aku juga jadi tahu kalau kita tidak bisa berkeringat saat berdiri saja di pasir pantai yang luas dengan terpaan angin yang sangat kencang di sore hari. Seolah semua keringat yang hendak keluar, didorong masuk lagi dan membuatku masuk angin sepulangnya.

Padahal awalnya nulis tentang keringat, terus tentang kata-kata, terus anggur, dilanjutkan dengan pantai. Setidakberpola itu ya tulisanku. Meskipun judul dari blog ini adalah menata pikiran, kadang kubiarkan saja ia tidak tertata seperti ini.

 

0 komentar:

Posting Komentar