Selasa, 07 Juni 2016

Lebih Rindu Malam Ramadhan

Beneran nggak mau berlama lagi di Jogja?”
            “Besok puasa si, Kham. Lain waktu aja ya, nanti temenin lagi, hehe.”
            “Siap, Jenderal.”
            “Kham, Kita sudah pesan travel tadi. Yang jam lima sore sudah penuh semua, ini ada jam 7an malam, pun travel limpahan.”

            “Ambil aja, Pak. Kayaknya karena memang hari minggu juga si ya, jadi banyak yang pulang naik travel ke pekalongan.”
            “Bisa jadi si,”
            “Eh, Pak. Kalau besok jadi hari pertama puasa, berarti malam ini traweh kan?”

            Adegan ditutup dengan kita sama-sama menunggu travel yang tak kunjung datang. Baik Pak Rofik, Rusydan dan diriku (ya kali aku tinggal mereka traweh di masjid sedangkan mereka sendirian di asrama) memutuskan untuk traweh selepas pulang.

            “Pak, aku tak ke traweh di kamar sebelah ya. Nanti kabarin saja.”
            “Oke, Kham.”

            Traweh dua puluh tiga rokaat pun berjalan

            “Sopirnya sudah datang, kami pamit ya.”
            ***

            Entah kali ini aku hendak menyampaikan apa. Yang jelas, jujur saja aku lebih rindu malam ramadhan di kampungku daripada di sini. Ada alasannya dan mungkin akan kuceritakan lain waktu bila sempat.


0 komentar:

Posting Komentar