Frasa ini baru pertama kali ku
dengar di malam tarawih kemarin. Ketika memutuskan untuk berbuka di kosan baru
(ceileh kos baru). Daripada bolak-balik asrama, mending isya dan tarawih di
masjid pogung dalangan yang tinggal jalan kaki.
“Ketika
kau bertemu di akhirat kelak nanti, ketika lembaran-lembaran (shuhuf)mu
diberikan ke tanganmu, apakah kau bisa menyebutkan amalan apa yang bisa kau
banggakan?”
Sejenak
aku terhenyak, amalan apa yang bisa kubanggakan kelak?
Aku berpikir keras.
Semakin kupikirkan semakin aku tidak
menemukan jawabannya.
Semakin kucari dan kuingat semakin
aku khawatir. Tidak ada satupun yang bisa kubanggakan dari amalan-amalanku.
Semakin resah, pusing dan akhirnya
hanya bisa tertunduk lemas.
Amalan apa yang bisa kubanggakan di
hadapannya kelak?
0 komentar:
Posting Komentar