Selasa, 07 Juni 2016

Ada yang Greget Bernama Skripsi

            Biasanya, di awal-awal bulan puasa kegiatan perkuliahan diliburkan barang satu atau dua hari. Tapi tahun ini berbeda, awal mula puasa juga sekaligus menjadi awal masa UAS semester ini. Hingga muncul pUASa (UAS di tengah-tengah puasa).

            Puasa tahun ini seakan memang identik dengan ujian-ujian akademik. Selain bertepatan dengan uas seperti yang kubilang tadi, tepat di hari sebelumnya, diselenggarakan pula ujian masuk tulis UGM untuk mereka-mereka yang berharap bisa nangkring di universitas yang katanya top di Indonesia ini

            Maka di hari itu pula, kamarku kedatangan dua orang tamu dari Pekalongan. Pak Rofik dan Rusydan yang hendak mengadu nasib memakai alma warna karung goni ini. Well dan saya dengan senang hati menjadi juru antar mereka.

            Selagi si Rusydan masuk ke dalam kelas Teknik Fisika untuk mengerjakan soal-soal ujiannya, saya dan Pak Rofik memutuskan untuk hunting buku-buku referensi. Menurut kalian mengapa pak Rofik datang jauh-jauh ke Jogja dari Pekalongan? Iya benar, ‘hanya’ untuk mencari bahan referensi skripsi pendidikan matematika beliau.

            “Apa iya segitunya banget po?” kalimat tersebut tak pernah benar-benar lepas dari tenggorokanku. Takut kalau-kalau pertanyaanku malah membuat beliau merasa lebih berat. Njuk habis itu nantinya beliau jadi membandingkan-bandingkan. Njuk baper. (edisi drama) Jelas aku tidak mau seperti itu. Rasanya membandingkan diri dengan orang lain itu sama sekali tidak enak. Apalagi ini soal skripsi.

            “Ini, mumpung belum puasa. Puas-puasin minum es-nya,” beliau menyodorkan dua gelas es cendol sambil duduk di deretan bangku shopping (deket taman pintar). Kami berdua tertawa-tawa.

            “Masih mau lanjut nyari lagi, Pak?”

            “Iya kok sulit sekali ya, Kham.” Aku akui, ternyata yang namanya mencari buku referensi untuk skripsi itu sulitnya minta ampun. Sudah kami tanyain satu-satu tiap ruko di deretan toko buku itu. Menanyakan judul ini itu yang mungkin berhubungan dengan skripsi yang digarap. Tapi hasilnya selalu mendapat jawaban sama dari banyak penjaga toko.

            “Wah nggak ada e mas,” atau mereka tak menjawabnya. Hanya menggeleng-gelengkan kepala.

            Kami pikir di sini bisa mendapatkan paling sedikit lima buku. Tapi hanya satu judul yang bisa kami bawa pulang.

            Kami pulang sembari mampir ke warung es buah dekat pom bensin monjali (puasin minum es, hehe).

            ***

            Well, selalu ada kegregetan sendiri perihal skripsi untuk masing-masing orang. Penyandang pejuang skripsi selalu memiliki ‘jalan hidup’ yang unik.


0 komentar:

Posting Komentar