Biasanya, di awal-awal bulan puasa
kegiatan perkuliahan diliburkan barang satu atau dua hari. Tapi tahun ini
berbeda, awal mula puasa juga sekaligus menjadi awal masa UAS semester ini.
Hingga muncul pUASa (UAS di tengah-tengah puasa).
Puasa tahun ini seakan memang identik
dengan ujian-ujian akademik. Selain bertepatan dengan uas seperti yang kubilang
tadi, tepat di hari sebelumnya, diselenggarakan pula ujian masuk tulis UGM
untuk mereka-mereka yang berharap bisa nangkring di universitas yang katanya
top di Indonesia ini
Maka di hari itu pula, kamarku
kedatangan dua orang tamu dari Pekalongan. Pak Rofik dan Rusydan yang hendak
mengadu nasib memakai alma warna karung goni ini. Well dan saya dengan senang hati
menjadi juru antar mereka.
Selagi si Rusydan masuk ke dalam
kelas Teknik Fisika untuk mengerjakan soal-soal ujiannya, saya dan Pak Rofik
memutuskan untuk hunting buku-buku referensi. Menurut kalian mengapa pak Rofik
datang jauh-jauh ke Jogja dari Pekalongan? Iya benar, ‘hanya’ untuk mencari
bahan referensi skripsi pendidikan matematika beliau.
“Apa
iya segitunya banget po?” kalimat tersebut tak pernah benar-benar lepas
dari tenggorokanku. Takut kalau-kalau pertanyaanku malah membuat beliau merasa
lebih berat. Njuk habis itu nantinya beliau jadi membandingkan-bandingkan. Njuk baper. (edisi
drama) Jelas aku tidak mau seperti itu.
Rasanya membandingkan diri dengan orang lain itu sama sekali tidak enak.
Apalagi ini soal skripsi.
“Ini, mumpung belum puasa.
Puas-puasin minum es-nya,” beliau menyodorkan dua gelas es cendol sambil duduk
di deretan bangku shopping (deket taman pintar). Kami berdua tertawa-tawa.
“Masih mau lanjut nyari lagi, Pak?”
“Iya kok sulit sekali ya, Kham.” Aku
akui, ternyata yang namanya mencari buku referensi untuk skripsi itu sulitnya
minta ampun. Sudah kami tanyain satu-satu tiap ruko di deretan toko buku itu.
Menanyakan judul ini itu yang mungkin berhubungan dengan skripsi yang digarap.
Tapi hasilnya selalu mendapat jawaban sama dari banyak penjaga toko.
“Wah nggak ada e mas,” atau mereka
tak menjawabnya. Hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Kami pikir di sini bisa mendapatkan
paling sedikit lima buku. Tapi hanya satu judul yang bisa kami bawa pulang.
Kami pulang sembari mampir ke warung
es buah dekat pom bensin monjali (puasin
minum es, hehe).
***
Well, selalu ada kegregetan sendiri perihal
skripsi untuk masing-masing orang. Penyandang pejuang skripsi selalu memiliki ‘jalan
hidup’ yang unik.
0 komentar:
Posting Komentar