Pernahkah kita mengalami sebuah perasaan bahwa di waktu
sekarang rasa-rasanya aktivitas kita bertumpuk. Atau pernah kah suatu ketika
kita merasa harus fokus pada satu hal saja. Misalnya saja saya sekarang sedang
di masa ujian akhir semester kuliah, dan berpikir bahwa nanti saja saya akan
menulis lagi setelah uas ini selesai.
Pernahkah seperti itu?
Saya pernah. Sering malahan.
“Saya ingin fokus skripsi dulu ah, nulisnya saya
tunda hingga skripsiku selesai.” Rasa-rasanya itu begitu normal bagi saya.
Mengesampingkan satu hal untuk lebih berfokus pada hal yang lain. Memberikan
porsi lebih perhatian kita untuk sesuatu dengan mengurangi perhatian di sesuatu
yang lain.
Tapi lama kelamaan aku menyadari satu hal. Meskipun
skripsi sudah selesai, aku tidak merasa lebih banyak menulis daripada ketika
skripsi tengah menjadi garapan rutin. Meskipun aku menahan agar tidak menulis
suatu cerita misalnya, tapi waktu yang kutahan itu tidak otomatis kugunakan
untuk mengerjakan skripsi. Lalu di mana arti dari kalimat “Saya ingin fokus
skripsi dulu ah, nulisnya saya tunda hingga skripsiku selesai”?
Seolah kalimat tersebut aku gunakan untuk sebagai
alasan agar tidak melakukan suatu hal tersebut. Seakan itu menjadi kalimat
pemakluman yang begitu mujarab. “Wajar dong kalau kalau sudah jarang menulis,
kan aku sedang skripsian,” toh nyatanya waktu yang tidak kugunakan untuk
menulis pada akhirnya bukan untuk skripsi juga.
Jika terjadi hanya satu atau dua kali mungkin tidak
menjadi masalah, namun jika setiap saat? Skripsi, ujian, asrama, tugas, PR,
organisasi, lomba dan banyak hal lain.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh kawanku waktu
itu.
“Tidak ada barang yang terlalu mahal, yang ada hanya
tidak dianggarkan. Tidak ada namanya waktu tidak luang, yang ada hanya tidak
diluangkan.”
0 komentar:
Posting Komentar