Jumat, 23 Oktober 2015

Mengidolakan Tulisan Seseorang

Hilal, apa kabar?

            Rasanya aneh sekali ya kalau kutanyakan kabarmu. Setelah hari itu aku mulai berpikir untuk mengobrol juga denganmu. Meski tidak lewat lisan, tapi lewat tulisan. Hari itu aku ingin mulai bercerita banyak kepadamu? Kau tidak keberatan bukan?

            Kau pernah jadi fans akan sesuatu Hil?

            Misalkan kau menyukai seorang artis penyanyi. Kemudian karena ketertarikanmu akan artis tersebut kau begitu menantikan dirinya mengeluarkan album lagi sesegera mungkin. Penasaran lagu seperti apa lagi yang bakalan artis favoritmu ciptakan dan nyanyikan?

            Itu jikalau yang kau sukai adalah seorang penyanyi. Lalu bagaimana jija yang kusukai adalah sebuah tulisan. Dan gejalanya sama. Aku mulai menantikan dua orang itu memunculkan tulisan-tulisan baru di rumahnya.

            Meski mungkin saking sibuknya si pemilik rumah sudah lama (tidak bisa dibilang lama juga si sebenarnya, tapi bagi orang yang menunggu itu cukup memakan waktu). Setiap hari mengetikan huruf depan alamat rumahnya di beranda. Kebetulan dua rumah itu memiliki awalan huruf yang sama. Melihat apakah si pemilik sudah menyematkan sesuatu di beranda rumahnya.

            Barangkali disana terselip cerita, terkandung kabar pemiliknya, maupun sebuah kepastian bahwa si pemilik rumah dalam keadaan sehat. Minimal karena ia mampu untuk menggerakkan jemarinya di laptop dan mempostingnya di sana.

            Dan terkadang, mengharapkan tulisan muncul itu sesuatu hal yang… Yah begitulah Hil.

            Hil. Aku punya sesuatu. Tapi inginnya aku berdiskusi dulu denganmu perihal ini.

            Bagaimana ya menurutmu?

Daripada mengharapkan orang lain yang kita sukai tulisannya menulis. Boleh nggak si kalau aku memutuskan untuk menjadi fans atas tulisan-tulisanku sendiri.

            Kau pasti bingung ya?

            Maksudnya biar ketika aku merindukan membaca tulisan seseorang, aku bisa mengobati kerinduan itu dengan menulis lebih banyak yang bisa kulakukan hari ini. Ketika hasrat ingin membaca tulisan idola itu ada, aku sendiri bisa menyiapkan sesuatu untuk diriku sendiri baca.

            Jadi tak ada yang namanya berharap membaca tulisan orang lain? Tentu bukan berarti aku menutup diri dari mereka ya. Aku akan tetap sering berkunjung, tapi sewajarnya. Tak perlu sehari 3 kali hanya untuk membaca judul teratas rumah mereka yang masih sama.

            Egois ya? Makanya aku ingin membicarakan ini dulu Hil.

            ***

            Oh iya, kau di sana sedang apa? Yang disini sedang duduk di halaman perpus kota dan mendengarkan sepasang orang sedang diskusi mengenai lomba cerpen taman fiksi. Yang disini pinginnya nimbrung si. “Senang nulis cerita juga?” tapi lagi-lagi lidahku kelu. Hanya mampu tersenyum.

            Besok harusnya tertawa ya :D

0 komentar:

Posting Komentar