Sore
kemarin, orang-orang kantor mengadakan makan bersama. Kupilih tempat duduk yang
sekiranya akan satu kelompok dengan orang-orang yang tidak terlalu doyan makan.
Dirimu pasti tahu kan mengapa aku memilih seperti itu? Iya karena agar bisa
mencicipi menu lebih banyak dan ekstremnya lagi menghabiskan segalanya yang
bisa kulahap.
Hidangan
telah tersaji, dengan begitu banyaknya orang yang datang, menu yang dihidangkan
adalah menu-menu yang dimakan rombongan. Ikan gurame, sate, sayur kangkung,
bakwan, dan tak lupa ayam. Semua orang menyantapnya, bahkan sampai ada yang
berpindah ke kelompok meja lain karena memang menu tiap deretan meja berbeda
karena perbedaan ‘kasta’.
“Itu
gurameh goreng tepungnya tidak dimakan?”
“Enggak,
kering soalnya, tidak berkuah atau bersambal basah,”
Semua
yang mendengar kalimat itu, ikut mengangguk. Mereka sepertinya terlihat sepakat
kalau menu guramehnya akan ‘seret’ di mulut.
Sejak
dari tadi aku menyantap makananku dengan sendok dan garpu. Melihat gurameh yang
hampir tidak tersentuh dan hanya terpotong secuil, kuambil hand sanitizer di dalam
tas lalu kusemprotkan di kedua tangan. Kuraih gurameh yang ‘tidak laku’ itu.
“Kamu
doyan dan laper banget ya?”
“Enggak
juga, tapi sayang banget kalau tidak ada yang makan,”
“Karena
sekarang sudah jadi bapak-bapak, jadi mulai memikirkan tempat sampah ya?”
Kunyahanku
terhenti. Iya di saat itu, entah bagaimana seolah aku tetiba berpikir keras dan
baru menyadari akan suatu hal. Sesuatu tentang tempat sampah.
“Iya
mba, aku cuman sayang saja sama makanannya kalau tidak kumakan, ia hanya akan
terbuang di tempat sampah.”
Semakin
banyak makanan yang tidak termakan, semakin cepat penuh pula tempat sampahnya.
Padahal aku pun agak malas bila harus sering-sering membuang sampah terutama makanan.
Pernah
suatu ketika di acara pernikahan kakak perempuan, aku iseng untuk membantu cuci
piring di dapur. Dadaku sesak, karena dengan menjadi petugas cuci piring,
ternyata akan melihat dengan mata kepala sendiri betapa banyaknya makanan yang
terbuang karena para tamu mengambil makanan prasmanan terlalu banyak dari yang
bisa mereka habiskan. Rendang, ayam, telur, kentang dan masih banyak lagi.
Padahal
makanan tersebut bisa jadi diinginkan oleh orang lain yang sedang kelaparan.
Makanannya
juga sedih karena hanya akan terbuang dan dihinggapi lalat tanpa ada
kemanfaatan.
Tempat
sampah pun jadi terlalu cepat penuh karena kita terlalu berlebihan.
Sekarang sedang merasa kaku dalam menulis, mohon
dimaklumi ya. . .