“God makes dishes,
and the devil add seasoning on it.”
Mulanya
kau tidak begitu paham ketika pertama kali mendengar kalimat yang disampaikan
oleh Tutormu di Pare. Beliau menyampaikannya kepada kami semua ketika sedang
membicarakan betapa pentingnya menetapkan tujuan, “Untuk apa kau di pare?”
Apa
hubungannya dengan tujuan, Tuhan, makanan dan bumbu? Semakin kau pikirkan,
semakin kau merasa tidak paham.
“I’m sorry, what the quote mean?”
Tutormu
di sana bilang bahwa kalimat tersebut disampaikan oleh Sanji (seorang koki)
dalam serial animasi one piece. Awalnya juga beliau tidak paham, sampai ada
teman satu kampung-nya dulu yang menjelaskan kepadanya.
***
“God makes dishes,
and the devil add seasoning on it.”
Tutormu
bertanya kepadamu, “Apa sih sebenarnya hakikat dari makan itu?”
Beberapa
orang menjawab makan itu untuk kebutuhan, sebagian lagi bergurau untuk kenyang.
Tutormu hanya tertawa mendengarnya.
“Hakikat
makan itu adalah mengisi tenaga untuk melanjutkan aktivitas selanjutnya. Kau
makan, aku makan, pada akhirnya untuk bisa melanjutkan bekerja, melanjutkan
kembali aktivitas belajar. Makan itu semacam mengumpulkan bekal kepada otot-otot
kita.
Kau
dan teman-temanmu menganggukkan kepala. Penjelasan dari tutormu masuk akal. Kau
mencatatnya di buku putih yang ada di pangkuanmu.
Makan
untuk melanjutkan.
“Lalu,
orang-orang mulai lupa akan hakikat dari makan, kita mulai sibuk berpikir pilih
mana antara nasi pecel dan sate kambing, ribut pilih nasi kuning atau potongan
rendang, pisang atau pizza, enakan mana antara rambutan dengan durian. Kita
mulai sibuk sama ‘bumbu’nya. Tahu-tahu aja kita kena stroke, kolesterol dan
lainnya. The Devil add seasoning on it.”
Kau
sendiri tidak menyangka penjelasan tutormu akan seperti itu. Bukankah kau juga
sering pilah-pilih tentang makanan? Bukan mana yang sehat atau tidak, melainkan
mana yang lebih lezat dan enak, terkadang bahkan kau memikirkan mana yang lebih
‘prestise’. Sehabis makan kau malah bersantai dan tidur-tiduran (kadang tidur
beneran), seolah kau benar-benar lupa bahwa setelah makan kau harus melanjutkan
pekerjaanmu.
“Apa
penjelasan dari teman saya cuman itu? Nyatanya tidak!” tutormu kembali
melanjutkan ucapannya di depan kelas.
“Tuhan
menciptakan dunia, sama seperti menciptakan makanan. Untuk apa? Untuk
melanjutkan perjalanan. Tapi iblis menambahkan bumbu dan gemerlap-gemerlap
kesenangan di dunia hingga manusia terlalu sibuk untuk di dunia, lupa bahwa itu
hanya sementara dan sarana menyiapkan bekal.”
“Jadi,
saya minta tolong diingat-ingat kembali, apa tujuan kalian semua ke Pare sini?
Kalian tentu sudah menghabiskan biaya dan waktu untuk bisa kesini, dan saya
tidak ingin kalian tidak mendapatkan apa-apa di sini. Ada banyak bumbu di Pare,
banyak sekali. Jadi, coba targetkan secara spesifik.”
Malam
itu, bukan tanpa alasan tutormu menyampaikan hal tersebut. Beliau
mengutarakannya ketika jam program telah dimulai namun dirinya tidak menemukan
kami tengah bersiap untuk menerima ilmunya. Kami diuji, dan tak banyak kemajuan
yang beliau rasakan.
Malam
itu, sebuah tamparan keras untukmu, dan memang sesekali kau merasa butuh juga
untuk ditampar. God makes dishes, and the devil add seasoning on it.
Tulungrejo – Pare, Maret 2017